Studi Kritis Terhadap Tarekat di Indonesia
A.
PENGERTIAN
TAREKAT
Dalam
ilmu tasawuf disebutkan bahwa arti tarekat ialah jalan untuk melakukan suatu
ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasullah saw dan dikerjakan
oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in seacara turun-temurun
hinga kepada para ulam yang menyambung sampai pada masa kini.
Pada
awal mulanya, tarekat belum ad di dalam agama islam. Akan tetapi,untuk memasuki
dunia tasawuf, di perlukan satu jalan untuk dapat mencapai tujuan utama yang
ingin dicapai oleh seseorang. Dari situ timbullah satu cara untuk mendaki satu maqam ke maqam lainnya yang disebut tarekat.
Sebagai
amalan tasawuf, pada dasarnya tarekat terdiri atas dua bagian utama, yaitu penyucian hati dan
meditasi dalam rangka berdzikir kepada Allah.
Taswuf
secara umum merupakan usaha mendekatkan diri kepada allah dengan sedekat
mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha ini biasanya
dilakukan di bawah bimbingan seorang syaikh. Ajaran-ajaran tasawuf ini
merupakan hakikat dan tarekat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf
ialah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat ialah jalan yang
ditempuh untuk mendekatkan diri kepada nya. Gambaran ini menunjukan bahwa
tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu,
sesuai dengan spesifikasi yang diberikan guru
kepada muridnya.
B. PENGARUH TAREKAT DI DUNIA ISLAM
Dalam perkembangannya,
tarekat-tarekat itu tidak hanya memusatkan perhatian kepada ajaran gurunya,
tetapi juga mengikuti kegiatan kegiatan politik.umumnya tarekat Tijaniiyyah
yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan prancis di Afrika
Utara. sementara itu, gerakan tarekat Sanusiyyah menentang penjajahan italioa
di Libya. Jadi, walaupun kaum sufi memusatkan perhatian kepada akhirat melalui
amalan-amalan dzikir, mereka ikut bergerak menyelamatkan umat islam dari bahaya
yang mengancamnya.
Keberadaan
tarekat sangat penting dalam dunia islam. Tarekat secara umum memengaruhin
dunia islam mulai dari abad XIII. Kedudukan tarekatbpada saat itu sama dengan
kedudukan partai politik. Terlebih lagi, banyak tentera jugabmenjadi anggota
tarekat. Penyokong tarekat Bektashi umpamanya, sebagai besar mereka adalah
tentara Turky. Oleh karena itu, sewaktu tarekat tersebut dibubarkan oleh Sultan
Mahmud II, tentara yang juga disebut dengan janissary itu menentangnya. Jadi,
tarekat tidak hanya bergerak dalam urusan agama, tetapi juga bergerak dalam
urusan dunia.
Tarekat
–tarekat meluaskan pengaruh dan organiasinya ke seluruh pelosok negeri,
menguasai masyarakat melalui jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan
otonomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiapdesa ada wali lokalnya yang dimuliakan
sepanjang hidupnya, bahkan setelah wafat.
Akan
tetapi, pada saat-saat itu terjadi “penyelewengan” di dalam tarekat.
Penyelewengan itu antara lain terjadi dalam paham wasilah, yaitu paham yang
menjekaskan bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamtkan langsung kepada
Allah, tetapi harus melalui guru, sambung-menyambung sampai kepada syaikh.
Setelah itu, baru dapat berhubungan dengan- Nya.
Paham
inilah yang ditentang oleh Muhammad Abdul Wahab di Arab Saudi, Karen adinggap
syirik. Hal ini seperti di zaman pra-islam.Manna,Lata, dan Uzza adalah
perantara tuhan orang-oprang jahiliyah yang semuannya dibasmi oleh Nabi Saw.
Itulah sebabnya wahabiyah menentang keras paham ini dan menghancurkan makan
Nabi dan para sahabat. Akan tetapi, perlakuan mereka tersebut mendapat kecaman
dari dunia islam.
Di
samping itu, tarekat umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan
dunia.Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti dunia, karena
dunia adalah bangkai dan yang mengejarnya adalah anjing. Ajaran ini tampaknya
menyelewatkan umat islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga sikaptawakal;
menunggu apa saja yang akan dating., para pembaharu dalam dunia islam melihat
bahwa tarekat bukan hanya m3ncemarkan paham tauhid, tetapi jug amembawa
kemunduran bagi umat islam. Terlebih lagi, Annemarie Schimmel menyatakan bahwa
tarekat yang awalnya muncul dari kebutuhan rohani, menjadi unsure menyebabkan
kemandengan orang-orang islam.
Oleh
Karena itu, pada abad XIX mulailah timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat
dan tasawuf. Banyak orang menentang dan meninggalknnya. Muhammmad Abduh yang semula
merupakan pengikut tarekat yang patuh,setelah bertemu jamaludin Al-Afghani, ia
berubah pendirian dengan meninggalkan tarekat5nya dan mementingkan dunia ini,
di samping akhirat begitu juga Rasyid Ridho , setelah melihat bahwa tarekat
membawa kemunduran pada umat islam .ia meninggalkannya dan memusatkan
perhatiiannya untuk memajukan umat islam.
Akan
tetapi pada akhir-akhir ini, perhatian kepada tasawuf timbul kembali karena
dipengaruhi oleh paham materialism. Orang-orang Barat melihat bahwa materialism
itu memerlukan sesuatu yang bersifat rohani sehingga banyak orang yang kembali
memperhatikan tasawuf
C. RITUAL DAN SEREMONIAL TAREKAT
Seungguhnya tarekat memiliki
tujuan untuk menyucikan diri melalui maqam
dan ahwal menuju pengalaman
tentang realitas ilahi. Pengalaman itu dirumuskan oleh para sufi dalam beberapa
term seperti ma’rifat, fana fillah,
baqa’fillah, hulul, dan ittihad.
Perkembangan tasawuf sebagai organisasi dengan sendirinya melambangkan aturan
dan merupakan jalan yang dapat memurnikan nafsu untuk mencapai kemanunggalan
dengan tuhan. Tarekat kemudian melahirkan tata ritual dan seremonial. Ritual
dan serenonial ini memperkaya system ritual dalam islam yang sudah lengkap pada
masa awal sejarahnya dalam bentuk ibadah mahdah.
Ada
bebrapa ritual dan seremonial yang harus dilakukan seseorang apabila ingin
memasuki tarekat. Langkah-langkah itu merupakan bagian dari disiplin oleh
rohani. Ritual dan seremonial itu adalah sebagai berikut.
1. Baiat
Maqam
dan hal yang dilalui oleh para saliuk merupakan suatu perjalan yang tidak
mudah. Pada tahap permulaan, seseorang yang ingin memasuki dunia tarekat harus
melakukan baiat. Baiat ialah sumpah yang diucapkan oleh seorang murid kepada
guru sebagai simbol penyucian dan keabsahan seseorang dalam mengamalkan ilmu
tarekat. Jadi, baiat menjadi semacam ucapan sakral yang harus dilakukan oleh
setiap orang yang ingin mengamalkan ilmu tarekat. Oleh karena itu dalam upacara
baiat ini, selain diucapkan sumpah, diajarkan juga kewajiban seorang murid
untuk menaati guru yang telah membaiatnya. Dengan berbaiat, seseorang
memperoleh status keanggotaan secara formal, membangun ikatan spiritual dengan
mursyidnya, dan membangun persaudaraan mistis dengan sesame anggota lain.
Dalam
upacara baiat juga diajarkan dzikir yang harus dilakukan oleh murid dalam
sehari semalam. Dzikir yang dilakukan oleh penganut tarekat dimaksudkan untuk
mengendalikan nafsu tercela (madzmumah).
Ada tiga
jenis dzikir yang dilakukan oleh pengamal tarekat. Pertama, dzikir naïf isbat, yaitu dzikir yang dilakukan dengan
mengucapkan la ilaha illallah. Kedua, dzikir ismu adz-dzat, yaitu
dilakukan dengan mengucapkan Allah. Ketiga,
dzikir hifzh al-anfus, yaitu dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan huwa
Allah. Pelaksanaan dzikir masing-masing tarekat bervariasi, baik dari segi
jumlah maupun urutan.
Sebagai
organisasi, tarekat hanya menerima pengikut yang secara resmi telah memperoleh
baiat dari guru yang sanad (mta rantai) silsilahnya tidak terputus. Dengan
demikian orang lain tidak mudah menjadi anggota, kecuali ada persyaratan khusus
yang dimilkinya.
Dewasa
ini, tarekat dapat diakses dengan mudah oleh siapa pun. Jika pada masa lalu
tarekat itu dianggap sebagai organisasi yang sangat terturup dengan persyaratan
ketat untuk dapat memasukinnya tetapi sekarang tarekat telah membuka pintu.
Ajaran tarekat kini telah banyak dibukukan,dikaji, dipelajari, dan amalkanoleh
orang lain, bahkan tanpa baiat sekalipun untuk mengikuti ajarannya, juga tidak
di harukan memenuhi persyaratan-persyaratan yang kett, sebagaimana pada masa
lalu.
2. Dzikir
Tarekat merealisasikan dirinya
dalam dzikir yang praktik regulernhya mengantarkan sang pendzikir yang
takdirkan menuju keadaan tenggelam dalam tuhan. Oleh sebab itu, dzikir
membentuk landasan normatifnya dari ajaran Al-qur’an,”Berdzikir (dengan
menyebut nama Allah) dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada
–Nya di waktu pagi maupun petang.”(QS.
Al-Ahzab (33): 41-42).
Walaupum
terdapat formula dan rumusan dzikir yang beraneka ragam, dzikir secara umum
dapat diartikan sebagai upaya untuk selalu mengigat Allah Swt dengan
mengucapkan kalimat thaybiyah (subhanallah,
Alhamdulillah, la ilaha illallah, dan Allahu akbar), Dari teknis
pengucapannya, dzikir dibagi menjadi dua, yaitu dzikir khafi dan dzikir jahr. Dzikir yang dilkukan secara
personal dan dibaca setiap hari disebut dzikir awaqat, sementara dzikir yang dilakukan bersama-sama disebut dzikir
hadharah.
Dzikir
dalam tarekat dilakukan pada waktu tertentu dan dengan teknik tertentu pula.
Dzikir khafi misalnya, didasarkan pada ritme napas, penghembusan, dan
penghirupan, Bibir dalam keadaan tertutup.
Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat
1.
Kritik
Wahabisme Terhadap Aliran Tarekat
Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang diilhami
oleh gerakan Wahabisme dari timur pada awal abad ke- 20, aliran
keagamaan yang cendrung sufistik termasuk tarekat dalam islam terus terpojokan
pada posisi yang kurang menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan dengan
semangat pembeharuan yang cendrung mondernis dan bahkan terkesan revolusioner.
Sufisme dan tarekat mulai dipojokan, setidak-tidaknya atas tiga tuduhan : Pertama,
karena watak yang dianggap terlalu longgar pada ajaran ajaran keagamaan yang
dinilai palsu. Para penganut aliran ini dinilai banyak melakukan kompromi
ajaran secara teologis dapat mengotori kemiurnian ajaran ibadah umat islam. Kedua,
sikap pembawanya cendrung mengingkari dunia berikut segala symbol
kehidupanya. Mereka dianggap melakukan perlakuan yang tidak seimbang antara
dimensi dunia dan akhirat. Ketiga, paham keagamaan ini lebih jauh
dinilai telah merusak umat islam karena watak yang tidak berpihak pada dimensi
Intelektualisme dan tradisionalisme yang dibutuhkan, terutama dalam membangun
bebagai kemajuan dikalangan umat Islam.
Gerakan pembaharuan memperoleh sambutan umat yang cukup
antusias. Hampir separo abad terakhir, umat islam digiring untuk beranjak dari
satu titik kehidupan yang diselimuti kecendrungan serba sufistik ketimuran ke
titik kehidupan lain yang serta rasionalistis kebarat-baratan. Seolah olah
semangat sufisitik dan rasionalistik itu merupakan dua titik ekstrim yang
mustahil bias bertemu. dengan alas an inilah, tarekat kemudian terpojokan pada
satu posisi yang kurang menguntungkan, khususnya bagi perjlanan sejarah
berkembangnya.
2.
Kritik
tiga Organisasi sosial keagamaan di Indonesia.
Khusus di Indonesia, sejak munculnya berbagai
gerakan pembaharuan islam, yang ditandai dengan berdirinya
organisasi-organisasi sosial keagamaan yang dilatarbelakangi semangat modernisme. Penghujatan terhadap tarekat dan
tasawuf gencar dilaksanakan. Muhammadiyah, Persatuan Islam ( Persis ) , dan
Nahdlotul Ulama ( NU), adalah tiga diantara organisasi Islam yang mensponsori
gerakan tersebut. Sebagai organisasi puritan yang berslogan “ memurnikan “
kembali ajaran islam dalam semangat kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah,
ketiga organisasi masa islam itu mengeluarkan kritik terhadap keberadaan
tarekat dan tasawuf walaupun dengan variasi kritikan yang berbeda.
Pengikut Persatuan Islam ( Persis ), umpamanya,
adalah kelompok masyarakat muslim yang relatif paling keras menentang
keberadaan tasawuf dan tarekat. Mereka mengklaim bahwa kedua ibadah tersebut
merupakan bukti penyimpangan dari ajaran islam yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Sementara itu Muhammadiyah menganggap tasawuf dan
tarekat sebagai penghalang bagi kemajuan umat islam, terutama dalam ikhtiar
mengejar ketertinggalanya dari umat lain. Menurutnya, kontemplasi dapat
menyebabkan seorang pengikut tarekat menjadi lemah dalam berusaha dan beramal
saleh.
Bagi Pengiku Nahdlotul Uama ( NU), tarekat itu tidak
semuanya buruk, ada yang Mu’tabarah, ada yang Ghaeru mu’tabarah,
ada yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad, ada pula yang sesat.
3.
Kritik
Dari Tokoh-tokoh Organisasi Islam di Indonesia
Dalam pandangan salah seorang tokoh Persatuan
Islam, tasawuf dan tarekat yang diabut umat islam mempunyai landasan pemikiran
yang bercorak pantaesis, yaitu corak pemikiran yang memandang Tuhan berada di
setiap benda di alam ini. Semua aliran tasawuf dan tarekat mengajarkan wihdatul
al ittihad, al-hulul, dan al-liqa.’. Inti ajaran semua bersifat
panteistis. pandangan tersebut merupakan hasil dari konsepsi filsafat monisme,
yaitu konsepsi yang menyatakan bahwa
Tuhan dan alam adalah satu. kemudian beliau juga nengatakan bahwa secara
historis, monisme, dan panteisme merupakan esensi dari ajaran agama Hindu.
Dalam kitab agama Hindu, Rig Weda, disebut dengan jelas bahwa Tuhan
menjelma diberbagai bentuk kehidupan di bumi dan langit, baik dalam bentuk
benda-benda yang ada di sekitar manusia, maupun yang terdapat pada diri
manusianya sendiri.
Lebih tegas lagi, para
aktifis ormas islam modernis ini mengatakan bahwa “ istilah-istilah yang
digunakan dalam tarekat dan tasawuf seperti : syariat, tarikat, hakikat, dan
ma’riat, sama sekali tidak didasarkan pada dalil-dalil Al-Quran dan
As-Sunnah (hadits) yang kokoh. bahkan metode khalawat dan zikir dibatasi oleh
bilangan tertentu hingga mencapai ekstase pun tidak pernah ada ketentuan dalam
ajaran islam.
Pandangan Abdul Razak,
salah seorang tokoh muda Nahdlotul Ulama, beberapa ajaran tarekat yang dianggap
menyimpang, antara lain : adanya kultus yang berlebihan kepada seorang mursid.
mereka para penganut menganggap Syekh atau guru sebagai seorang wali yang
melebihi kesucianya Rosulullah. mungkin hal itu engaruh dari budaya yang sering
mengagungkan orang-orang sakti dan ini muncul biasanya di Indonesia dari
kalangan pendeta hindu atau mitologi jawa kuno. selanjutnya, dia juga memandang
masalah taklid sebagai suatu sikap menerima apa adanya tanpa sikap yang
kritis terhadap ajaran dari syekh mursid, akibat dari pengultusan kepadanya.
Sebab talkid dalam ajaran islam sangat dilarang selama orang itu mampu
menelusuri kebenaran suatu agama.
Tersebarnya legenda
tentang kehebatan Syekh serta karamah-nya
menjadi keyakinan dari para jamaah tarekat, mereka juga berkeyakinan bahwa
syekh lebih mulia daripada sahabat-sahabat Rosulullah
Menurut K.H. Hasyim Asy’ari, dalam buku (Ilmu Tasawuf Hal . 400-401 pengantar: Prof. Dr. KH.
Said Aqil Siradj, M.A.) mengenai tradisi tarekat ada prilaku yang
menyimpang dari syariat Islam, misalnya beliau tidak suka di hormati secara
berlebihan sehingga mengakibatkan pengkultusan individu terhadapnya, biasa
dihubungkan terekat, yang di tunjukan kepada seorang mursyid yang dianggap
mampu menghubungkan manusia dengan tuhan, mengakibatkan munculnya bahwa seorang
guru tarekat orang kramat yang jauh dari kesesatan. Dalam masalah tarekat
beliau sangat selektif mengenai pemberian predikat wali kepada mursyid beliau
sangat menentang dan tidak pernah mengenal kompromi, pernyataan berikut “ Wali
tidak akan memamerkan diri meskipun dipaksa membakar diri mereka “ barang siapa yang mengaku dirinya wali tetapi
tanpa kesaksian mengikuti syariat Rosul, orang tersebut adalah pendusta yang
membuat-buat perkara tentang Allah.
Pemikiran Hasyim tentang
tarekat sangat moderat. Ia tidak segan-segan mengkritik tarekat yang
pengamalanya menyalahi prinsif ajaran tasawuf itu sendiri. misalnya, memberikan
otoritas yang berlebihan kepada mursyid. sejalan dengan itu, buku Ad-Durar
Al-Muntasyirah ditulis untuk meluruskan prinsip tasawuf atau tarekat yang
menyimpang.
Menurut Hasyim, dengan
mungutip pendapat Suhrawardi “ Jalan kaum sufi adalah membersihkan jiwa ;
menjaga nafsu, serta melepaskan diri dari berbagai bentuk sifat buruk, seperti
ujub, takabbur, riya, dan hub ad-dunya. Selain itu menjalin budi pekerti yang
bersifat kerohanian, seperti ikhlas, tawadhu ( rendah hati ), tawakkal
(bersandar dan percaya kepada tuhan), memperkenankan hati kepada orang lain dan
setiap kewajiban ( ridha), serta memperoleh ma’rifat dari Allah.”
Hasyim merupakan sufi
yang moderat. Ia memang pengikut tasawuf, tetapi bersikap kritis dalam beberapa
hal. Ia berharap tasawuf dapat tetap berjalan sesuai dengan syariat dan
pokok-pokok nilai ajaran islam.
Demikianlah kritik-kritik terhadap ajaran tarekat yang dianggap bertentangan dan menyalahi ajaran
Islam . Bagaimanapun harus diakui pengamalan agama haruslah sesuai dengan
sumber aslinya, yaitu Alquran dan hadis.
Rasulullah bersabda :
“ Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Engkau tidak akan sesat
selamanya jika engkau berpegang kepada duan perkara tersebut, yaitu Alquran dan
aunnah Nabi-Nya.” (HR. Al-Hakim)
Daftar Pustaka
Kahmad, Dadang. 2002, Tarekat
dalam Islam Kualitas Masyarakat Moderen, Bandung : Pustaka Setia.
Samsul Munir Amin, Said
Aqil Siradj. Ilmu Tasawuf, Jakarta
: Amzan.
Mahfud. 2013, Akhlak
Tasawuf, Cirebon : At-Tarbiyah Press.
Bahri, M.Z. 2007, Tasawuf
Mendamaikan Dunia, Jakarta : Erlangga.
M. Sholihin, Rosihon
Anwar, Ahmad Tafsir. 2002, Kamus Tasawuf, Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
Label: Makalah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda