Kamis, 25 Februari 2016

Studi Kritis Terhadap Tarekat di Indonesia



A.    PENGERTIAN TAREKAT
Dalam ilmu tasawuf disebutkan bahwa arti tarekat ialah jalan untuk melakukan suatu ibadah sesuai dengan ajaran yang dicontohkan oleh Rasullah saw dan dikerjakan oleh para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in seacara turun-temurun hinga kepada para ulam yang menyambung sampai pada masa kini.
Pada awal mulanya, tarekat belum ad di dalam agama islam. Akan tetapi,untuk memasuki dunia tasawuf, di perlukan satu jalan untuk dapat mencapai tujuan utama yang ingin dicapai oleh seseorang. Dari situ timbullah satu cara untuk mendaki satu maqam ke maqam lainnya yang disebut tarekat.
Sebagai amalan tasawuf, pada dasarnya tarekat terdiri atas  dua bagian utama, yaitu penyucian hati dan meditasi dalam rangka berdzikir kepada Allah.
Taswuf secara umum merupakan usaha mendekatkan diri kepada allah dengan sedekat mungkin, melalui penyesuaian rohani dan memperbanyak ibadah. Usaha ini biasanya dilakukan di bawah bimbingan seorang syaikh. Ajaran-ajaran tasawuf ini merupakan hakikat dan tarekat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tasawuf ialah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat ialah jalan yang ditempuh untuk mendekatkan diri kepada nya. Gambaran ini menunjukan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa variasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan guru  kepada muridnya.
B.      PENGARUH TAREKAT DI DUNIA ISLAM
Dalam perkembangannya, tarekat-tarekat itu tidak hanya memusatkan perhatian kepada ajaran gurunya, tetapi juga mengikuti kegiatan kegiatan politik.umumnya tarekat Tijaniiyyah yang dikenal dengan gerakan politik yang menentang penjajahan prancis di Afrika Utara. sementara itu, gerakan tarekat Sanusiyyah menentang penjajahan italioa di Libya. Jadi, walaupun kaum sufi memusatkan perhatian kepada akhirat melalui amalan-amalan dzikir, mereka ikut bergerak menyelamatkan umat islam dari bahaya yang mengancamnya.
Keberadaan tarekat sangat penting dalam dunia islam. Tarekat secara umum memengaruhin dunia islam mulai dari abad XIII. Kedudukan tarekatbpada saat itu sama dengan kedudukan partai politik. Terlebih lagi, banyak tentera jugabmenjadi anggota tarekat. Penyokong tarekat Bektashi umpamanya, sebagai besar mereka adalah tentara Turky. Oleh karena itu, sewaktu tarekat tersebut dibubarkan oleh Sultan Mahmud II, tentara yang juga disebut dengan janissary itu menentangnya. Jadi, tarekat tidak hanya bergerak dalam urusan agama, tetapi juga bergerak dalam urusan dunia.
Tarekat –tarekat meluaskan pengaruh dan organiasinya ke seluruh pelosok negeri, menguasai masyarakat melalui jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan otonomi kedaerahan seluas-luasnya. Setiapdesa ada wali lokalnya yang dimuliakan sepanjang hidupnya, bahkan setelah wafat.
Akan tetapi, pada saat-saat itu terjadi “penyelewengan” di dalam tarekat. Penyelewengan itu antara lain terjadi dalam paham wasilah, yaitu paham yang menjekaskan bahwa permohonan seseorang tidak dapat dialamtkan langsung kepada Allah, tetapi harus melalui guru, sambung-menyambung sampai kepada syaikh. Setelah itu, baru dapat berhubungan dengan- Nya.
Paham inilah yang ditentang oleh Muhammad Abdul Wahab di Arab Saudi, Karen adinggap syirik. Hal ini seperti di zaman pra-islam.Manna,Lata, dan Uzza adalah perantara tuhan orang-oprang jahiliyah yang semuannya dibasmi oleh Nabi Saw. Itulah sebabnya wahabiyah menentang keras paham ini dan menghancurkan makan Nabi dan para sahabat. Akan tetapi, perlakuan mereka tersebut mendapat kecaman dari dunia islam.
Di samping itu, tarekat umumnya hanya berorientasi akhirat, tidak mementingkan dunia.Tarekat menganjurkan banyak beribadah dan jangan mengikuti dunia, karena dunia adalah bangkai dan yang mengejarnya adalah anjing. Ajaran ini tampaknya menyelewatkan umat islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga sikaptawakal; menunggu apa saja yang akan dating., para pembaharu dalam dunia islam melihat bahwa tarekat bukan hanya m3ncemarkan paham tauhid, tetapi jug amembawa kemunduran bagi umat islam. Terlebih lagi, Annemarie Schimmel menyatakan bahwa tarekat yang awalnya muncul dari kebutuhan rohani, menjadi unsure menyebabkan kemandengan orang-orang islam.
Oleh Karena itu, pada abad XIX mulailah timbul pemikiran yang sinis terhadap tarekat dan tasawuf. Banyak orang menentang dan meninggalknnya. Muhammmad Abduh yang semula merupakan pengikut tarekat yang patuh,setelah bertemu jamaludin Al-Afghani, ia berubah pendirian dengan meninggalkan tarekat5nya dan mementingkan dunia ini, di samping akhirat begitu juga Rasyid Ridho , setelah melihat bahwa tarekat membawa kemunduran pada umat islam .ia meninggalkannya dan memusatkan perhatiiannya untuk memajukan umat islam. 
Akan tetapi pada akhir-akhir ini, perhatian kepada tasawuf timbul kembali karena dipengaruhi oleh paham materialism. Orang-orang Barat melihat bahwa materialism itu memerlukan sesuatu yang bersifat rohani sehingga banyak orang yang kembali memperhatikan tasawuf
C.     RITUAL DAN SEREMONIAL TAREKAT
Seungguhnya tarekat memiliki tujuan untuk menyucikan diri melalui maqam dan ahwal menuju pengalaman tentang realitas ilahi. Pengalaman itu dirumuskan oleh para sufi dalam beberapa term seperti ma’rifat, fana fillah, baqa’fillah, hulul, dan ittihad. Perkembangan tasawuf sebagai organisasi dengan sendirinya melambangkan aturan dan merupakan jalan yang dapat memurnikan nafsu untuk mencapai kemanunggalan dengan tuhan. Tarekat kemudian melahirkan tata ritual dan seremonial. Ritual dan serenonial ini memperkaya system ritual dalam islam yang sudah lengkap pada masa awal sejarahnya dalam bentuk ibadah mahdah.
Ada bebrapa ritual dan seremonial yang harus dilakukan seseorang apabila ingin memasuki tarekat. Langkah-langkah itu merupakan bagian dari disiplin oleh rohani. Ritual dan seremonial itu adalah sebagai berikut.
1.     Baiat
Maqam dan hal yang dilalui oleh para saliuk merupakan suatu perjalan yang tidak mudah. Pada tahap permulaan, seseorang yang ingin memasuki dunia tarekat harus melakukan baiat. Baiat ialah sumpah yang diucapkan oleh seorang murid kepada guru sebagai simbol penyucian dan keabsahan seseorang dalam mengamalkan ilmu tarekat. Jadi, baiat menjadi semacam ucapan sakral yang harus dilakukan oleh setiap orang yang ingin mengamalkan ilmu tarekat. Oleh karena itu dalam upacara baiat ini, selain diucapkan sumpah, diajarkan juga kewajiban seorang murid untuk menaati guru yang telah membaiatnya. Dengan berbaiat, seseorang memperoleh status keanggotaan secara formal, membangun ikatan spiritual dengan mursyidnya, dan membangun persaudaraan mistis dengan sesame anggota lain.
Dalam upacara baiat juga diajarkan dzikir yang harus dilakukan oleh murid dalam sehari semalam. Dzikir yang dilakukan oleh penganut tarekat dimaksudkan untuk mengendalikan nafsu tercela (madzmumah).
Ada tiga jenis dzikir yang dilakukan oleh pengamal tarekat. Pertama, dzikir naïf isbat, yaitu dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan la ilaha illallah. Kedua, dzikir ismu adz-dzat, yaitu dilakukan dengan mengucapkan Allah. Ketiga, dzikir hifzh al-anfus, yaitu dzikir yang dilakukan dengan mengucapkan huwa Allah. Pelaksanaan dzikir masing-masing tarekat bervariasi, baik dari segi jumlah maupun urutan.
Sebagai organisasi, tarekat hanya menerima pengikut yang secara resmi telah memperoleh baiat dari guru yang sanad (mta rantai) silsilahnya tidak terputus. Dengan demikian orang lain tidak mudah menjadi anggota, kecuali ada persyaratan khusus yang dimilkinya.
Dewasa ini, tarekat dapat diakses dengan mudah oleh siapa pun. Jika pada masa lalu tarekat itu dianggap sebagai organisasi yang sangat terturup dengan persyaratan ketat untuk dapat memasukinnya tetapi sekarang tarekat telah membuka pintu. Ajaran tarekat kini telah banyak dibukukan,dikaji, dipelajari, dan amalkanoleh orang lain, bahkan tanpa baiat sekalipun untuk mengikuti ajarannya, juga tidak di harukan memenuhi persyaratan-persyaratan yang kett, sebagaimana pada masa lalu.

2.  Dzikir
Tarekat merealisasikan dirinya dalam dzikir yang praktik regulernhya mengantarkan sang pendzikir yang takdirkan menuju keadaan tenggelam dalam tuhan. Oleh sebab itu, dzikir membentuk landasan normatifnya dari ajaran Al-qur’an,”Berdzikir (dengan menyebut nama Allah) dzikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada –Nya di waktu pagi maupun  petang.”(QS. Al-Ahzab (33): 41-42).
Walaupum terdapat formula dan rumusan dzikir yang beraneka ragam, dzikir secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk selalu mengigat Allah Swt dengan mengucapkan kalimat thaybiyah (subhanallah, Alhamdulillah, la ilaha illallah, dan Allahu akbar),  Dari teknis pengucapannya, dzikir dibagi menjadi dua, yaitu dzikir khafi dan dzikir jahr. Dzikir yang dilkukan secara personal dan dibaca setiap hari disebut dzikir awaqat, sementara dzikir yang dilakukan bersama-sama disebut dzikir hadharah.
Dzikir dalam tarekat dilakukan pada waktu tertentu dan dengan teknik tertentu pula. Dzikir khafi misalnya, didasarkan pada ritme napas, penghembusan, dan penghirupan, Bibir dalam keadaan tertutup.








Studi Kritis Terhadap Aliran Tarekat

1.      Kritik  Wahabisme Terhadap Aliran Tarekat

Sejak munculnya gerakan pembaharuan Islam yang diilhami oleh gerakan Wahabisme dari timur pada awal abad ke- 20, aliran keagamaan yang cendrung sufistik termasuk tarekat dalam islam terus terpojokan pada posisi yang kurang menguntungkan. Aliran ini dipandang bertentangan dengan semangat pembeharuan yang cendrung mondernis dan bahkan terkesan revolusioner. Sufisme dan tarekat mulai dipojokan, setidak-tidaknya atas tiga tuduhan : Pertama, karena watak yang dianggap terlalu longgar pada ajaran ajaran keagamaan yang dinilai palsu. Para penganut aliran ini dinilai banyak melakukan kompromi ajaran secara teologis dapat mengotori kemiurnian ajaran ibadah umat islam. Kedua, sikap pembawanya cendrung mengingkari dunia berikut segala symbol kehidupanya. Mereka dianggap melakukan perlakuan yang tidak seimbang antara dimensi dunia dan akhirat. Ketiga, paham keagamaan ini lebih jauh dinilai telah merusak umat islam karena watak yang tidak berpihak pada dimensi Intelektualisme dan tradisionalisme yang dibutuhkan, terutama dalam membangun bebagai kemajuan dikalangan umat Islam.
Gerakan pembaharuan memperoleh sambutan umat yang cukup antusias. Hampir separo abad terakhir, umat islam digiring untuk beranjak dari satu titik kehidupan yang diselimuti kecendrungan serba sufistik ketimuran ke titik kehidupan lain yang serta rasionalistis kebarat-baratan. Seolah olah semangat sufisitik dan rasionalistik itu merupakan dua titik ekstrim yang mustahil bias bertemu. dengan alas an inilah, tarekat kemudian terpojokan pada satu posisi yang kurang menguntungkan, khususnya bagi perjlanan sejarah berkembangnya.

2.      Kritik  tiga Organisasi sosial keagamaan di Indonesia.

Khusus di Indonesia, sejak munculnya berbagai gerakan pembaharuan islam, yang ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi sosial keagamaan yang dilatarbelakangi semangat  modernisme. Penghujatan terhadap tarekat dan tasawuf gencar dilaksanakan. Muhammadiyah, Persatuan Islam ( Persis ) , dan Nahdlotul Ulama ( NU), adalah tiga diantara organisasi Islam yang mensponsori gerakan tersebut. Sebagai organisasi puritan yang berslogan “ memurnikan “ kembali ajaran islam dalam semangat kembali kepada Al-Quran dan As-Sunnah, ketiga organisasi masa islam itu mengeluarkan kritik terhadap keberadaan tarekat dan tasawuf walaupun dengan variasi kritikan yang berbeda.
Pengikut Persatuan Islam ( Persis ), umpamanya, adalah kelompok masyarakat muslim yang relatif paling keras menentang keberadaan tasawuf dan tarekat. Mereka mengklaim bahwa kedua ibadah tersebut merupakan bukti penyimpangan dari ajaran islam yang dicontohkan Nabi Muhammad.
Sementara itu Muhammadiyah menganggap tasawuf dan tarekat sebagai penghalang bagi kemajuan umat islam, terutama dalam ikhtiar mengejar ketertinggalanya dari umat lain. Menurutnya, kontemplasi dapat menyebabkan seorang pengikut tarekat menjadi lemah dalam berusaha dan beramal saleh.
Bagi Pengiku Nahdlotul Uama ( NU), tarekat itu tidak semuanya buruk,  ada yang  Mu’tabarah, ada yang Ghaeru mu’tabarah, ada yang sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad, ada pula yang sesat.

3.      Kritik  Dari Tokoh-tokoh Organisasi Islam di Indonesia

Dalam pandangan salah seorang tokoh Persatuan Islam, tasawuf dan tarekat yang diabut umat islam mempunyai landasan pemikiran yang bercorak pantaesis, yaitu corak pemikiran yang memandang Tuhan berada di setiap benda di alam ini. Semua aliran tasawuf dan tarekat mengajarkan wihdatul al ittihad, al-hulul, dan al-liqa.’. Inti ajaran semua bersifat panteistis. pandangan tersebut merupakan hasil dari konsepsi filsafat monisme, yaitu konsepsi yang menyatakan  bahwa Tuhan dan alam adalah satu. kemudian beliau juga nengatakan bahwa secara historis, monisme, dan panteisme  merupakan esensi dari ajaran agama Hindu. Dalam kitab agama Hindu, Rig Weda, disebut dengan jelas bahwa Tuhan menjelma diberbagai bentuk kehidupan di bumi dan langit, baik dalam bentuk benda-benda yang ada di sekitar manusia, maupun yang terdapat pada diri manusianya sendiri.
Lebih tegas lagi, para aktifis ormas islam modernis ini mengatakan bahwa “ istilah-istilah yang digunakan dalam tarekat dan tasawuf seperti : syariat, tarikat, hakikat, dan ma’riat, sama sekali tidak didasarkan pada dalil-dalil Al-Quran dan As-Sunnah (hadits) yang kokoh. bahkan metode khalawat dan zikir dibatasi oleh bilangan tertentu hingga mencapai ekstase pun tidak pernah ada ketentuan dalam ajaran islam.
Pandangan Abdul Razak, salah seorang tokoh muda Nahdlotul Ulama, beberapa ajaran tarekat yang dianggap menyimpang, antara lain : adanya kultus yang berlebihan kepada seorang mursid. mereka para penganut menganggap Syekh atau guru sebagai seorang wali yang melebihi kesucianya Rosulullah. mungkin hal itu engaruh dari budaya yang sering mengagungkan orang-orang sakti dan ini muncul biasanya di Indonesia dari kalangan pendeta hindu atau mitologi jawa kuno. selanjutnya, dia juga memandang masalah taklid sebagai suatu sikap menerima apa adanya tanpa sikap yang kritis terhadap ajaran dari syekh mursid, akibat dari pengultusan kepadanya. Sebab talkid dalam ajaran islam sangat dilarang selama orang itu mampu menelusuri kebenaran suatu agama.
Tersebarnya legenda tentang  kehebatan Syekh serta karamah-nya menjadi keyakinan dari para jamaah tarekat, mereka juga berkeyakinan bahwa syekh lebih mulia daripada sahabat-sahabat Rosulullah
Menurut K.H. Hasyim  Asy’ari, dalam buku (Ilmu Tasawuf Hal . 400-401 pengantar: Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj, M.A.) mengenai tradisi tarekat ada prilaku yang menyimpang dari syariat Islam, misalnya beliau tidak suka di hormati secara berlebihan sehingga mengakibatkan pengkultusan individu terhadapnya, biasa dihubungkan terekat, yang di tunjukan kepada seorang mursyid yang dianggap mampu menghubungkan manusia dengan tuhan, mengakibatkan munculnya bahwa seorang guru tarekat orang kramat yang jauh dari kesesatan. Dalam masalah tarekat beliau sangat selektif mengenai pemberian predikat wali kepada mursyid beliau sangat menentang dan tidak pernah mengenal kompromi, pernyataan berikut “ Wali tidak akan memamerkan diri meskipun dipaksa membakar diri mereka “  barang siapa yang mengaku dirinya wali tetapi tanpa kesaksian mengikuti syariat Rosul, orang tersebut adalah pendusta yang membuat-buat perkara tentang Allah.
Pemikiran Hasyim tentang tarekat sangat moderat. Ia tidak segan-segan mengkritik tarekat yang pengamalanya menyalahi prinsif ajaran tasawuf itu sendiri. misalnya, memberikan otoritas yang berlebihan kepada mursyid. sejalan dengan itu, buku Ad-Durar Al-Muntasyirah ditulis untuk meluruskan prinsip tasawuf atau tarekat yang menyimpang.
Menurut Hasyim, dengan mungutip pendapat Suhrawardi “ Jalan kaum sufi adalah membersihkan jiwa ; menjaga nafsu, serta melepaskan diri dari berbagai bentuk sifat buruk, seperti ujub, takabbur, riya, dan hub ad-dunya. Selain itu menjalin budi pekerti yang bersifat kerohanian, seperti ikhlas, tawadhu ( rendah hati ), tawakkal (bersandar dan percaya kepada tuhan), memperkenankan hati kepada orang lain dan setiap kewajiban ( ridha), serta memperoleh ma’rifat dari Allah.”
Hasyim merupakan sufi yang moderat. Ia memang pengikut tasawuf, tetapi bersikap kritis dalam beberapa hal. Ia berharap tasawuf dapat tetap berjalan sesuai dengan syariat dan pokok-pokok nilai ajaran islam.

Demikianlah kritik-kritik terhadap ajaran tarekat yang  dianggap bertentangan dan menyalahi ajaran Islam . Bagaimanapun harus diakui pengamalan agama haruslah sesuai dengan sumber aslinya, yaitu Alquran dan hadis.
   Rasulullah bersabda :
“ Aku tinggalkan kepadamu dua perkara. Engkau tidak akan sesat selamanya jika engkau berpegang kepada duan perkara tersebut, yaitu Alquran dan aunnah Nabi-Nya.” (HR. Al-Hakim)















Daftar Pustaka

Kahmad, Dadang. 2002, Tarekat dalam Islam Kualitas Masyarakat Moderen, Bandung : Pustaka Setia.
Samsul Munir Amin, Said Aqil Siradj.  Ilmu Tasawuf, Jakarta : Amzan.
Mahfud. 2013, Akhlak Tasawuf, Cirebon : At-Tarbiyah Press.
Bahri, M.Z. 2007, Tasawuf Mendamaikan Dunia, Jakarta : Erlangga.
M. Sholihin, Rosihon Anwar, Ahmad Tafsir. 2002, Kamus Tasawuf, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda