Sejarah Peradaban Islam Pada Masa Nabi Muhammad Saw
LATAR
BELAKANG
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting
untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa
mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat
Islam. Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW melalui berbagai macam
cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan
pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal
itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang
diridhoi. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat
bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW merupakan Islam yang luar biasa
pengaruhnya.
Sosok manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di
padang pasir tandus menjelang akhir abad keenam Masehi. Namanya paling banyak
disebut, dan tak tertandingi oleh tokoh dunia manapun di muka bumi. Keluhuran
budi pekertinya menjadi suri teladan bagi siapa pun yang mendambakan kedamaian
dan kebahagiaan. Ajaran yang dibawanya menjadi obor penerang bagi setiap
pencinta kebenaran. Beliau adalah Nabi terkahir yang diutus Tuhan kepada umat
manusia an menjadi penyempurna dari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi
Allah terdahulu. Beliau lahir di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah yang
menjadikan nafsu sebagai panglima, mempertuhan materi dan kekayaan serta
membanggakan nasab dan keturunan. Di tengah-tengah masyarakat yang meraba-raba
dalam kegelapan moral yang pekat, beliau nyalakan pelita kebenaran. Beliau
damaikan suku-suku yang bermusuhan dan dipersatukannnya pula kabilah-kbilah
yang terperangkap dalam kotak-kotak ashabiah yang berserakan dan
menyesatkan ke dalam sebuah keluarga besar “Islam”. Dua puluh tahun lebih
beliau bekerja keras dan akhirnya berhasil.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
sejarah peradaban Islam pada Masa Nabi Muhammad Saw?
2.
Peristiwa
apa saja yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw?
3.
Apa saja
yang menjadi tolak ukur keberhasilan pada masa nabi Muhammad Saw?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bangsa Arab sebelum Islam
Bangsa Arab adalah penduduk asli
jazirah Arab[1].
Semenanjung yang terletak di bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar
permukaannya terdiri dari padang pasir. Secara umum iklim di jazirah Arab amat
panas[2],
bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi.
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab
dapat dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al- hadlar. Kaum Badwi
adalah penduduk padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap,
tetapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain
untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Mata penghidupan adalah beternak
kambing, biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden
tidak banyak memberi peluang kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh
karena itu, sejarah mereka tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl
al-hadlar ialah penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota
tau daerah-daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok
tanam dan industri. Berbeda dengan masyarakat Badwi, mereka memilki peluang
yang besar untuk membangun peradaban.
Dalam struktur masyarakat Arab
terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang
biasanya hubungan natara anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah
(nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya
disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia[3].
B. Muhammad Saw sebelum kenabian dan setelah diangkat menjadi
Rasul
Rasulullah Saw lahir dari kalangan
bangsawan Quraisy. Ayahnya bernama Abdulah Ibn Abdi Al Muthalib dan ibunya
bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kikab ibn
Murah. Apabila ditarik keatas, silsilah beliau sapai kepada Ismail as. Akan
tetapi, nama-nama nenek moyang beliau yang diketahui dengan jelas hanya sampai
Adnan. Nama-nama di atas Adnan sampai kepada Ismail tidak diketahui dengan
pasti.
Kabilah Quraisy terkenal sebagai
pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria[4].
Mereka juga mendominasi perdangan lokal dengan memanfaatkan kehadiran para
penziarah Ka’bah, terutama pada musim haji. Kabilah Quraisy bertambah harum
ketika Qushai menjadi penguasa atas Mekkah setelah berhasil mengalahkan Bani
Khuza’ah. Hal ini berarti pengembalian tanggung jawab atas penjagaan dan
pemeliharaan Ka’bah serta pelayanan terahadap para penziarah Ka’bah kepada
keturunan Ismail. Penguasaan atas Mekkah, baik berkaitan dengan kegiatan niaga,
maupun keagamaan , menjadikan kabilah quraisy berpengaruh besar tidak saja di
Mekkah dan sekitarnya, melainkan di Jazirah Arab seluruhnya.
Ketika tanggung jawab pemeliharaan
Ka’bah dan pelayanan terhadap para penziarah rumah suci itu berda di atas
pundak abdi Al Muthalib ibn Hasyim, Mekkah diserang oleh Abrahah yang bermaksud
meruntuhkan Ka’bah. Ka’bah yang setiap musim dikunjungi oleh para penziarah
dari seluruh penjuru jazirah Arab, menjadikan kota Mekkah tidak hanya penting secara
politis, tetapi menguntungkan pula dari sisi ekonomi. Lebih-lebih letaknya yang
strategis pada jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria. Hal inilah yang mendorong
Abrahah melakukan serangan itu. Akan tetapi, serangan ini gagal karena pasukan
tentara penyerang itu diserang wabah penyakit yang mengerikan[5].
Tahun ketika terjadi penyerangan tersebut disebut tahun gajah karena Abrahah
ketika itu memimpin pasukannya dengan menunggang seekor gajah yang besar.
Rasulullah saw dilahirkan sebagai
yatim pada hari senin 12 Rabi’ul awal tahun Gajah,bertepatan dengan 20 April
571. Ayahnya sudah wafat tiga bulan setelah menikahi ibunya. Abdul Muthalib
memberi nama cucunya itu Muhammad. Beliau disusui beberapa hari oleh Tsuwaibah,
sahaya Abu Lahab, kemudian dilanjutkan penyusuan dan pengasuhannya oleh Halimah
binti Dzuaib dari kabilah Bani sa’ad. Kendatipun hanya beberapa hari Tsuwaibah
menyusuinya, beliau pelihara terus silaturrahim dengannya, demikian pula budi
baik keluarga Halimah al-Sa’diyah tidak pernah dilupakan sepanjang hayatnya.
Ketika berusia lima tahun, beliau
dikembalikan kepada Amina. Akan tetapi, setahun kemudian ibu kandung yang amat
dicintainya wafat. Abd al-Muthalib melanjutkan pengasuhan atas cucunya sampai
kakek yang bijak ini wafat dua tahun kemudian. Tanggung jawab untuk mengasuh
dan membesarkan Muhammad Saw selanjutnya dipikul oleh Abu Thalib, salah satu
putera Abd al-Muthalib yang paling miskin, tetapi sangat disegani dan dihormati
oleh penduduk Mekkah.
Pada malam Senin 17 Ramadhan tahun
13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, selagi Muhammad berkhalwat
di gua Hira, Jibril menyampaikan wahyu pertama.[6]Setelah
menerima wahyu itu Muhammad segera pulang dengan hati cemas dan badan menggigil
karena ketakutan. Beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Setelah tenang,
beliau menceritakan peristiwa tersebut kepada istrinya. Khadijah berusaha
menenangkan beliau kemudian pergi menemui Waraqah ibn Naufal, saudara
sepupunya, meninggalkan beliau yang tertidur karena kelelahan. Waraqah Ibn
Naufal yang sudah memeluk agama Nasrani itu menceritakan kepada Khadijah bahwa
Muhammad diangkat menjadi Nabi dan yang diutus tersebut merupakan malaikat
Jibril.
Pada saat beliau
tertidur lelap, turunlah wahyu yang kedua.[7]Setelah
menerima wahyu yang kedua ini Muhammad bangkit lalu berkata kepada isterinya,
yang baru pulang dari rumah Waraqah, bahwa Jibril telah menyampaikan perintah
Tuhan agar beliau memberi peringatan kepada umat manusia, dan mengajak mereka
supaya beribadah dan patuh hanya kepada-Nya. Wahyu uang kedua ini menandai
penobatan Muhammad sebagai Rasulullah.
C. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Mekkah
1. Langkah Dakwah Nabi Muhammad Saw
Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara
diam-diam di lingkungan keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an.[8]Beliau
berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya. Mereka
orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan keluarga
terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun.
Setelah beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara
rahasia, maka turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara
terbuka di hadapan umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an.[9]Langkah
pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka adalah
mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib.
Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka
mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan,
hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, keudian
penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan di
bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa ia diutus
oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan
terhadap berhala.
Dengan seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam
menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah.
Masyarakat Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan
berusaha menentangnya habis-habisan higga agama Islam tersebut lenyap dari muka
bumi ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiata dakwah
Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota
Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
2. Respon Masyarakat Mekkah terhadap
dakwah Nabi Muhammad Saw
Dakwah Islam yang dilakukan Rasul
baik secara diam-diam maupun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang
beragam. Ada yang menerima dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka
yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah
Saw, meskipun ada juga keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab.
Meskipun bisa dikatakan bahwa
masyarakat Arab di kota Mekkah ada yang menerima ajaran Islam secara ikhlas,
tapi pada umumnya masyarakat Arab kota Mekkah menolak dan tidak menghendaki
kehadiran Islam dan umat Islam dan umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat
kita lihat dari berbagai penghinaan bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan
kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.
3. Hambatan dan Rintangan Dakwah Islam
di Mekkah
Para
tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran
yang dibawa Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara untuk menghambat gerakan
Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang
menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan
mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar
tidak menyebarkan ajaran islam. Karena tidak tahan atas ancaman dan teror yang
diarahkan kepadanya, maka pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad
Saw agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya.
Mereka yang tidak senang dengan
ajakan Nabi Muhammad Saw terus berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi
dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima
siksaan di luar batas perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak
diberi makan dan minum. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu
besar. Istri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai
terpanggang.
4. Boikot dan Rencana Pembunuhan
terhadap nabi Muhammad Saw
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy
dalam membujuk Nabi Muhammad saw untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat
posisi umat Islam di kota Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi
kaum kafir Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan
kekuatan Nabi Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani
Hasyim. Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk
hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu
dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di dalam
Ka’bah. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang
dimulai pada bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun 616
M. Di anatar isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai berikut :
1. Mereka tidak akan menikahi
orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan
nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa
saja dngan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan
tidak akan menjenguk orang-orang Islam yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima
permintaan damai dengan orang-orang Islam, sehinhgga mereka menyerahkan
Muhammad untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita
kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu
baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan
yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam
tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan itu
berakhir.
D. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
1. Hijrah ke Habsyi yang pertama
Penyiksaan dan penganiayaan kafir
Quraisy yang diuar batas perikemanusiaan terhadap orang-osang muslim membuat
hati nabi tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi Muhammad
menyarankan kepada sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari
gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada bulan ketujuh
tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita kemudian
rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70
orang. Kedatangan orang-orang Islam di Habyi disambut dengan baik oleh raja
Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan
ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang Quraisy mengirim utusan
kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja Habsyi itu mengembalikan
orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu Mekkah. Namun permintaan itu
ditolaknya.
Ketika umat
Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota mekkah. Beliau tetus
berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy, meskipun mendapat ancaman
dan gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah Saw ini ternayat tidak sia-sia.
Ia b erhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy, misalnya, Hamzah bin Abdul
Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke enam
kenabian.
2. Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi
pertama berlangsung slama 2 bulan. Setelah itu mereka kembali ke Mekkah.
Melihat keberhasilan umat Islam untuk bertahan dan mendapat perlindungan di
Habsyi, kafir Quraisy semakin geram. Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan
kembali kepada umat Islam untuk hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh
101 orang diantarnaya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin
Abi Thalib.
Kepergian
umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat dari
Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini membuat marah orang-orang
kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah
perkembangan Islamdengan berbagai cara. Melihat keseriusan orang-orang kafir
Quraisy, Raja Nejus berusaha mengumpulkan umat Islam untuk meminta penjelasan
yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jakfar bin Abi Thalib bertindak sebagai
juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran
Islam kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.
3. Misi ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian, dikenal
dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad Saw sebab dua orang yang sangat dicintainya
meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya
mereka, orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi
Muhammad saw. Karen apenderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia
bersama Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan
dari keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau
meberikan perlindungan dan bantuan apaun kepada nabi Muhammad Saw. Bahkan
beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir
dan dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.
4. Perjanjian aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
Pada tahun ke 12 kenabian,
bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi Muhammad Saw menemui rombongan haji dari
Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi
Muhammad menyampaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga
mereka menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut
terjadi di salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka
mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi
Muhammad
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta
dan jiwa
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan
ajaran Islam yang dianutnya
4. Mereka menyatakan tidak akan
menyekutukan Allah
5. Mereka menyatakan tidak akan
membunuh
6. Mereka menyatakan tidak akan
mralkukan kecurangan dan kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke 13 kenabian,
bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah
untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu berjumlah sekitar 73 orang.
Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui Nabi Muhammad menyampaikan pesan
berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad bersedia datang ke kota
Mekkah, memberikan penerangan tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan
itu dikabulkan Nabi Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan
berdakwah disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan
perjanjian yang disebut perjanjian aqabah yang kedua yang berisi :
1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia
melindungi Nabi Muhammad
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam
membela Islam dengan harta dan jiwa
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha
memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka
4. Penduduk Yatsrib siap menerima
segala resiko dan tantangan.
E. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Madinah
1. Hijrah ke Yatsrib
Setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan
kekerasan terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy
sepakat akan membunuh Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah
menganjurkan para sahabatnya untuk segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah
meninggalkan Mekkah setelah seluruh kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya
serta Abu Bakar dan keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan
berangkat, Rasulullah meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh
yang berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah,
ditemani oleh Abu Bakar.
Mereka
bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan
dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar sendriri,
Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah. Merekalah yang
mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan
penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari
persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh
Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad, seorang musyrik yang bertugas
selaku penunjuk jalan.
Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal
Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10 kilometer dari kota Yatsrib. Selama tinggal
di Quba beliau menginap di rumah Kultsum ibn Hadam, seorang laki-laki tua yang
rumahnya biasa dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke
Yatsrib. Adapun Abu Bakar menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn
Zaid. Pada saat itulah masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn
Yasir. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti
oleh Abu Bakar, kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian
Ali ibn Abi Thalib tiba pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15
hari. Ia bergaung dengan Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan
harinya, Jumat 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan
Muhajirin ini melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah disambut
hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Kemudian unta Nabi berhenti di salah
satu kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, bersebelahan dengan rumah Abu
Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu Ayub,
bernama Sahl dan Suhail, putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan Mu’adz ibn
Ahra’, kebun ini dijual, dan diatasnya dibangun masjid atas perintah
Rasulullah. Sejak kedatangan Rasulullah, Yatsrib berubah namanya menjai Madinah
al-Rasul atau al-Madinah al-Munawwarah.
2. Pembinaan Masyarakat dan Peletakan
Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Pekerjaan besar yang dilakukan
Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam
yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu
pada umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan
politik yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama
yang dibangun Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid.
Pertama masjid Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun
setelah Rasulullah tiba di Yatsrib.
Muhammad ternyata bukan hanya
seorang Nabi dan Rasul, tapi juga seorang ahli politik yang ulung dan diplomat
yang bijak, sebagai pahlawan perkasa di medan perang, dan sebagai ksatria dalam
memperlakukan musuh yang kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan
dalam perjanjian damai dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian
iyu, kota Madinah menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya.
Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.
Beberapa asas masyarakat Islam yang
telah diletakkan oleh Rasulullah antara lain al-ikha (persaudaraan), al-musawah
(persamaan), al-tasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah), al-ta’awun
(tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas dasar ini pula Rasulullah
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
3. Memelihara dan Mempertahankan
Masyarakat Islam
a. Rongrongan kaum Yahudi
Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani
Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani Quraidhah sejak semula sudah mempercayai akan
datangnya nabi akhir zaman sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka
tetapi mereka ingkar.
Kira-kira setahun kemudian setelah
pengusiran Bani Qainuqa pada akhir tahun kedua setelah hijrah, Amr ibn Jahasy
dari Bani Nadlir mencoba hendak membunuh Rasulullah. Ia menjatuhkan batu dari
atas tembok tempat beliau dan para sahabatnya beristirahat. Atas
penghianatan itu, perkampungan mereka dikepung selama 16 hari, dan mereka
diusir dari Madinah.
Pengusiran terhadap Bani Nadlir
mendorong mereka untuk bersekutu dengan kabilah-kabilah besar Arab seperti
Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan lain-lain untuk bersama-sama menyerang
Madinah. Terjadilah perang Ahzab pada tahun 5 H. Kota Madinah dikepung,
sehingga kaum muslimin terancam kelaparan. Ketika musuh menghentikan
pengepungan dan meninggalkan Madinah tanpa hasil sedkit pun, kaum muslimin
mengepung perkampungan Quraidhah selama 25 hari. Karena penghianatannya, mereka
dihukum mati, sementara anak-anak dan perempuan meraka ditawan.
b. Rongrongan orang-orang
munafik
Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud, kaum munafik keluar
dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah ibn Ubai, pemimpin
mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi dan pernah
menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang disebut terakhir ini
mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang munafik ini Rasulullah bersikap
lunak sambil berusaha menyadarkan mereka supaya beriman secara benar. Usaha
Rasulullah tidak sia-sia, ternyata kelompok orang munafik ini tidak ditemukan
lagi setelah Abdullah ibn Ubay meninggal dunia.
c. Rongrongan kafir Quraisy dan
sekutunya
Perang sebagai jawaban atas sikap
permusuhan kafir Quarisy terjadi pertama kali di lembar Badar pada tanggal 17
Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an peristiwa itu disebut yaum al-furqan,
artinya hari pemisah antara yang hak dan yang batil. Kendatipun jumlah pasukan
Islam jauh lebih kecil dari pasukan Quraisy, namun mereka berhasil meraih
kemenangan. Sementara itu, kafir Quarisy bertekad membalas kekalahan itu dengan
mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan yang
lengkap. Turut ambil bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah, Kinanah, Bani
Harits, Bani Haun, dan Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3 H terjadilah perang
Uhud. Dalam peristiwa ini umat Islam menderita kekalahan. Kurang lebih 70 orang
sahabat Rasulullah gugur sebagai syuhada, termasuk di antaranya Hamzah ibn Abd
al-Muthalib, paman Rasulullah.
Sementara kaum kafir Arab meningkatkan kerjasama untuk menyempurnakan kemenangan
mereka, Bani Nadlir mencoba melakukan pembunuhan atas diri Rasulullah, namun
gagal dan mereka diusir dari Madinah. Mereka kemudian bersekutu dengan kafir
Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain yang memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H
kurang lebih 14000 tentara, diantaranya 4000 dari Quraisy di bawah pimpinan Abu
Sufyan, menyerbu Madinah. Menghadapi serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di
dalam kota. Atas saran Salman al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang
lebar dan dalam, sementara di bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup
setiap lorong untuk masuk ke dalam kota. Perang ini dikenal dengan perang
Khandaq, karena kaum muslimin meggunakan parit (khandaq) sebagai benteng
pertahanan. Dikenal pula dengan perang Ahzab, karena musuh yang menyerang
Madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu.
4. Fase Perjuangan setelah Perang Ahzab
Pada bulan Dzu al-Qa’dah 6 H
Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan
umrah dan haji. Tidak ada senjata yang mereka bawa selain pedang yang tersimpan
pada sarungnya sekedar untuk menjaga diri selama dalam perjalanan. Kafir
Quarisy tidak menghendaki kaum muslimin memasuki kota Mekah karena menurut
mereka hal ini berarti kemenangan bagi kaum muslimin. Oleh karena itu, mereka
mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang rombongan
Rasulullah. Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan dengan pasukan Khalid
dengan menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa
mil dari kota Mekah.
Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, dan memutuskan untuk mengutus
Utsman bin Affan guna menyampaikan maksud kedatangan mereka. Akan tetapi Utsman
bin Affan ditahan dan timbul desas-desus bahwa Utsman dibunuh. Kemudian rasulullah
dan para sahabatnya mengadakan sumpah setia untuk berperang sampai tercapai
kemenangan yang disebut baiah al-ridlwan karena diridhai oleh
Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali musyrikin Quraisy, sehigga
mereka membebaskan Utsman dan mengirim Suhail ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan
perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian
Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1. Segala permusuhan antara kedua belah
pihak dihentikan selama 10 tahun
2. Setiap orang Quraisy yang datang
kepada kaum muslimin tanpa seizin walinya harus ditolak dan dikembalikan
3. Setiap orang Islam yang menyerahkan
diri kepada pihak Quraisy tidak akan dikembalikan
4. Setiap kabilah yang ingin bersekutu
dengan kaum Quraisy maupun dengan kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi
oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian ini.
5. Kaum muslimin tidak boleh memasuki
Mekah pada tahun ini, namun diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan
syarat tidak membawa senjata, kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal
di Mekah lebih dari tiga hari.
Kaum muslimin berhasil memasuki kota
Mekah tanpa setetes darah pun pada tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk
kemudian berthawaf menegelilingi Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang
ada di rumah suci itu. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Mekah
(pembebasan Mekah).
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan
dengan Oktober 630 M, Rasulullah mempersiapkan pasukan untuk meghadapi tentara
Romawi di Utara. Pasukan Romawi yang semula akan menyerang Islam, mundur
kembali ke negerinya stelah melihat betapa besar jumlah pasukan kaum muslimin
yang dipimpin Rasululah tak kena mundur. Peristiwa ini dikenal dengan Perang
Tabuk.
Oleh karena itu, sejak tahun 9 H
(630/631 M) para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong
menghadap Rasulullah menyatakan masuk Islam. Mereka itu antara lain Bani
Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani tamim disusul kemudian oleh
perutsan dari Yaman dan sekitarnya pada tahun 10 H. Dengan demikian, tahun ini
disebut dengan tahun perutusan atau ‘am alwufud.
F. Haji Wada’ dan Akhir Hayat Rasulullah
Setelah tercipta ketenangan di
seluruh jazirah Arab, Rasulullah bermaksud menunaikan haji ke Baitullah. Pada
tanggal 25 Dzu al-Qa’dah 10 H, beliau bersama-sama dengan sekitar 100.000
sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju Mekah. Pada tanggal 8 Dzu
al-Hijjah yang disebut hari Tarwiyah Rasulullah bersama rombongannya berangkat
menuju Mina dan pada waktu fajar hari berikutnya mereka berangkat ke Arafah.
Tepat tengah hari di Arafah, beliau
menyampaikan pidato yang amat penting, yang dikenal dengan khuthbah
al-wada’i(pidato perpisahan). Beliau menyampaikan amanat dari atas punggung
unta dan meminta Tabi’ah ibn Umayyah ibn Khalaf untuk mengulang dengan keras
setiap kalimat yang beliau ucapkan. Pada setiap kalimat yang beliau ucapkan,
haus didengar oleh setiap orang dan wajib disampaikan kepada orang-orang yang
berada di empat yang jauh. Pidato Rasulullah itu amat penting, karena mengandung
pesan yang amat berharga untuk pedoman hidup manusia, baik yang berkaitan
dengan hubungan antar manusia maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.
Kira-kira tiga bulan sesudah
menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu, Rasulullah mendertia demam beberapa
hari. Beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan beliau mengimami shalat
jamaah. Pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M,
Rasulullah mengembuskan nafasnya yang terakhir, menghadap ke hadirat Allah Swt
dalam usia 63 tahun.
BAB
III
PENUTUPAN
1.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan
bahwa sejarah peradaban Islam dimasa Nabi Muhammad SAW banyak melewati
rintangan-rintangan dan penganiayaan diluar batas manusia. Namun demikian orang
muslim selalu bersabar dan istiqamah di jalan-Nya. Begitu juga dengan Nabi
Muhammad SAW selalu bersabar dan istiqamah dalam menyiarkan agama islam dari
periode Mekkah hingga Periode Madinah.
Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus untuk
menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang pandai
dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator
yang cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan
seluruh Jazirah Arab.
Pada akhirnya, perjuangan Nabi Muhammad SAW membuahkan
hasil, yaitu berkembangnya islam dengan pesat, tidak hanya di Madinah bahkan di
Mekkah juga, yang ditandai dengan terjadinya peristiwa Fathul Mekkah.
2.
Kritik dan Saran
Demikianlah
yang dapat kami paparkan dalam makalah kami, untuk kepentingan kita bersama
kami sbagai penulis dan Anda pembaca, sekirannya dapat memberi saran atau
kritikan yang membangun serta tanggapan guna untuk memperbaiki atau
tambahan bahasan kami dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Syalabi,
A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Mukhtar Yahya, dkk. Jilid I.
Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994
Yatim
Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011)
Abdurrahman
Dudung. Sejarah Peradaban Islam dari masa Klasik hingga Modern.Cetakan
Pertama, 2003
LATAR
BELAKANG
Sejarah merupakan suatu rujukan yang sangat penting
untuk mewujudkan masa depan yang lebih baik. Berkaitan dengan itu kita bisa
mengetahui kejadian-kejadian yang terjadi pada masa lalu, terutama bagi umat
Islam. Perkembangan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW melalui berbagai macam
cobaan dan tantangan yang dihadap untuk menyebarkannya. Islam berkembang dengan
pesat hampir semua lapisan masyarakat dipegang dan dikendalikan oleh Islam. Hal
itu tentunya tidak terlepas dari para pejuang yang sangat gigih dalam
mempertahankan dan juga dalam menyebarkan Islam sebagai agama Tauhid yang
diridhoi. Perkembangan Islam pada zaman inilah merupakan titik tolak perubahan
peradaban kearah yang lebih maju. Maka tidak heran para sejarawan mencatat
bahwa Islam pada zaman Nabi Muhammad SAW merupakan Islam yang luar biasa
pengaruhnya.
Sosok manusia terpopuler sepanjang masa telah lahir di
padang pasir tandus menjelang akhir abad keenam Masehi. Namanya paling banyak
disebut, dan tak tertandingi oleh tokoh dunia manapun di muka bumi. Keluhuran
budi pekertinya menjadi suri teladan bagi siapa pun yang mendambakan kedamaian
dan kebahagiaan. Ajaran yang dibawanya menjadi obor penerang bagi setiap
pencinta kebenaran. Beliau adalah Nabi terkahir yang diutus Tuhan kepada umat
manusia an menjadi penyempurna dari ajaran-ajaran yang dibawa oleh Nabi-nabi
Allah terdahulu. Beliau lahir di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah yang
menjadikan nafsu sebagai panglima, mempertuhan materi dan kekayaan serta
membanggakan nasab dan keturunan. Di tengah-tengah masyarakat yang meraba-raba
dalam kegelapan moral yang pekat, beliau nyalakan pelita kebenaran. Beliau
damaikan suku-suku yang bermusuhan dan dipersatukannnya pula kabilah-kbilah
yang terperangkap dalam kotak-kotak ashabiah yang berserakan dan
menyesatkan ke dalam sebuah keluarga besar “Islam”. Dua puluh tahun lebih
beliau bekerja keras dan akhirnya berhasil.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana
sejarah peradaban Islam pada Masa Nabi Muhammad Saw?
2.
Peristiwa
apa saja yang terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw?
3.
Apa saja
yang menjadi tolak ukur keberhasilan pada masa nabi Muhammad Saw?
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Bangsa Arab sebelum Islam
Bangsa Arab adalah penduduk asli
jazirah Arab[1].
Semenanjung yang terletak di bagian barat Daya Asia ini, sebagian besar
permukaannya terdiri dari padang pasir. Secara umum iklim di jazirah Arab amat
panas[2],
bahkan termasuk yang paling panas dan paling kering di muka bumi.
Dari segi pemukimannya, bangsa Arab
dapat dibedakan atas ahl al-badwi dan ahl al- hadlar. Kaum Badwi
adalah penduduk padang pasir. Mereka tidak memiliki tempat tinggal tetap,
tetapi hidup secara nomaden, berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat lain
untuk mencari sumber mata air dan padang rumput. Mata penghidupan adalah beternak
kambing, biri-biri, kuda dan unta. Kehidupan masyarakat Badwi yang nomaden
tidak banyak memberi peluang kepada mereka untuk membangun peradaban. Oleh
karena itu, sejarah mereka tidak ketahui dengan tepat dan jelas. Ahl
al-hadlar ialah penduduk yang sudah bertempat tinggal tetap di kota-kota
tau daerah-daerah pemukiman yang subur. Mereka hidup dari berdagang, bercocok
tanam dan industri. Berbeda dengan masyarakat Badwi, mereka memilki peluang
yang besar untuk membangun peradaban.
Dalam struktur masyarakat Arab
terdapat kabilah sebagai intinya. Ia adalah organisasi keluarga besar yang
biasanya hubungan natara anggota-anggotanya terikat oleh pertalian darah
(nasab). Akan tetapi, adakalanya hubungan seseorang dengan kabilahnya
disebabkan oleh ikatan perkawinan, suaka politik atau karena sumpah setia[3].
B. Muhammad Saw sebelum kenabian dan setelah diangkat menjadi
Rasul
Rasulullah Saw lahir dari kalangan
bangsawan Quraisy. Ayahnya bernama Abdulah Ibn Abdi Al Muthalib dan ibunya
bernama Aminah binti Wahab. Garis nasab ayah dan ibunya bertemu pada Kikab ibn
Murah. Apabila ditarik keatas, silsilah beliau sapai kepada Ismail as. Akan
tetapi, nama-nama nenek moyang beliau yang diketahui dengan jelas hanya sampai
Adnan. Nama-nama di atas Adnan sampai kepada Ismail tidak diketahui dengan
pasti.
Kabilah Quraisy terkenal sebagai
pedagang yang menguasai jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria[4].
Mereka juga mendominasi perdangan lokal dengan memanfaatkan kehadiran para
penziarah Ka’bah, terutama pada musim haji. Kabilah Quraisy bertambah harum
ketika Qushai menjadi penguasa atas Mekkah setelah berhasil mengalahkan Bani
Khuza’ah. Hal ini berarti pengembalian tanggung jawab atas penjagaan dan
pemeliharaan Ka’bah serta pelayanan terahadap para penziarah Ka’bah kepada
keturunan Ismail. Penguasaan atas Mekkah, baik berkaitan dengan kegiatan niaga,
maupun keagamaan , menjadikan kabilah quraisy berpengaruh besar tidak saja di
Mekkah dan sekitarnya, melainkan di Jazirah Arab seluruhnya.
Ketika tanggung jawab pemeliharaan
Ka’bah dan pelayanan terhadap para penziarah rumah suci itu berda di atas
pundak abdi Al Muthalib ibn Hasyim, Mekkah diserang oleh Abrahah yang bermaksud
meruntuhkan Ka’bah. Ka’bah yang setiap musim dikunjungi oleh para penziarah
dari seluruh penjuru jazirah Arab, menjadikan kota Mekkah tidak hanya penting secara
politis, tetapi menguntungkan pula dari sisi ekonomi. Lebih-lebih letaknya yang
strategis pada jalur niaga Yaman-Hijaz-Syiria. Hal inilah yang mendorong
Abrahah melakukan serangan itu. Akan tetapi, serangan ini gagal karena pasukan
tentara penyerang itu diserang wabah penyakit yang mengerikan[5].
Tahun ketika terjadi penyerangan tersebut disebut tahun gajah karena Abrahah
ketika itu memimpin pasukannya dengan menunggang seekor gajah yang besar.
Rasulullah saw dilahirkan sebagai
yatim pada hari senin 12 Rabi’ul awal tahun Gajah,bertepatan dengan 20 April
571. Ayahnya sudah wafat tiga bulan setelah menikahi ibunya. Abdul Muthalib
memberi nama cucunya itu Muhammad. Beliau disusui beberapa hari oleh Tsuwaibah,
sahaya Abu Lahab, kemudian dilanjutkan penyusuan dan pengasuhannya oleh Halimah
binti Dzuaib dari kabilah Bani sa’ad. Kendatipun hanya beberapa hari Tsuwaibah
menyusuinya, beliau pelihara terus silaturrahim dengannya, demikian pula budi
baik keluarga Halimah al-Sa’diyah tidak pernah dilupakan sepanjang hayatnya.
Ketika berusia lima tahun, beliau
dikembalikan kepada Amina. Akan tetapi, setahun kemudian ibu kandung yang amat
dicintainya wafat. Abd al-Muthalib melanjutkan pengasuhan atas cucunya sampai
kakek yang bijak ini wafat dua tahun kemudian. Tanggung jawab untuk mengasuh
dan membesarkan Muhammad Saw selanjutnya dipikul oleh Abu Thalib, salah satu
putera Abd al-Muthalib yang paling miskin, tetapi sangat disegani dan dihormati
oleh penduduk Mekkah.
Pada malam Senin 17 Ramadhan tahun
13 sebelum Hijrah bertepatan dengan 6 Agustus 610 M, selagi Muhammad berkhalwat
di gua Hira, Jibril menyampaikan wahyu pertama.[6]Setelah
menerima wahyu itu Muhammad segera pulang dengan hati cemas dan badan menggigil
karena ketakutan. Beliau meminta Khadijah menyelimutinya. Setelah tenang,
beliau menceritakan peristiwa tersebut kepada istrinya. Khadijah berusaha
menenangkan beliau kemudian pergi menemui Waraqah ibn Naufal, saudara
sepupunya, meninggalkan beliau yang tertidur karena kelelahan. Waraqah Ibn
Naufal yang sudah memeluk agama Nasrani itu menceritakan kepada Khadijah bahwa
Muhammad diangkat menjadi Nabi dan yang diutus tersebut merupakan malaikat
Jibril.
Pada saat beliau
tertidur lelap, turunlah wahyu yang kedua.[7]Setelah
menerima wahyu yang kedua ini Muhammad bangkit lalu berkata kepada isterinya,
yang baru pulang dari rumah Waraqah, bahwa Jibril telah menyampaikan perintah
Tuhan agar beliau memberi peringatan kepada umat manusia, dan mengajak mereka
supaya beribadah dan patuh hanya kepada-Nya. Wahyu uang kedua ini menandai
penobatan Muhammad sebagai Rasulullah.
C. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Mekkah
1. Langkah Dakwah Nabi Muhammad Saw
Langkah pertama yang dilakukan adalah berdakwah secara
diam-diam di lingkungan keluarga terdekat seperti disebutkan dalam Al-Qur’an.[8]Beliau
berusaha menjelaskan ajaran Islam kepada keluarga dan kawan dekatnya. Mereka
orang yang pertama-tama memeluk agama Islam baik dari kalangan keluarga
terdekat maupun sahabat disebut dengan Assabiqunal Awwalun.
Setelah beberapa lama Rasululah melakukan dakwah secara
rahasia, maka turunlah perintah Allah agar beliau melakukan dakwah secara
terbuka di hadapan umum seperti telah dituturkan dalam Al-Qur’an.[9]Langkah
pertama yang dilakukan Nabi Muhammad Saw dalam berdakwah secara terbuka adalah
mengundang dan menyeru kerabat dekatnya dari Bani Muthalib.
Kemudian Nabi Muhammad Saw mengajak masyarakat umum. Mereka
mulai mengajak ke segenap lapisan masyarakat, mulai dari masyarakat bangsawan,
hingga kelas hamba sahaya. Mula-mula ia menyeru penduduk Mekkah, keudian
penduduk negeri-negeri lain. Pertemuan dengan penduduk Mekkah dilakukan di
bukit Shafa. Dalam pertemuan itu Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa ia diutus
oleh Allah untuk mengajak mereka menyembah Allah dan meninggalkan penyembahan
terhadap berhala.
Dengan seruan secara terbuka itu, Nabi Muhammad dan Islam
menjadi perhatian dan perbincangan di kalangan masyarakat kota Mekkah.
Masyarakat Quraisy beranggapan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw tidak
mempunyai dasar dan tujuan yang jelas. Oleh karena itu, mereka tidak peduli dan
berusaha menentangnya habis-habisan higga agama Islam tersebut lenyap dari muka
bumi ini. Selain itu, mereka memulai strategi untuk mengacaukan kegiata dakwah
Islam dan berusaha menghambat gerak laju perkembangan agama Islam di kota
Mekkah dan masyarakat Arab lainnya.
2. Respon Masyarakat Mekkah terhadap
dakwah Nabi Muhammad Saw
Dakwah Islam yang dilakukan Rasul
baik secara diam-diam maupun secara terbuka, mendapat tanggapan (respon) yang
beragam. Ada yang menerima dan banyak pula yang menolak. Sejumlah kecil mereka
yang menerima ajaran Islam adalah para sahabat dan keluarga dekat Rasulullah
Saw, meskipun ada juga keluarga dekatnya yang menolak misalnya, Abu Lahab.
Meskipun bisa dikatakan bahwa
masyarakat Arab di kota Mekkah ada yang menerima ajaran Islam secara ikhlas,
tapi pada umumnya masyarakat Arab kota Mekkah menolak dan tidak menghendaki
kehadiran Islam dan umat Islam dan umat Islma di kota tersebut. Hal ini dapat
kita lihat dari berbagai penghinaan bahka ancaman penbunuhan yang ditujkan
kepada Nabi Muhammad Saw dan umat Islam.
3. Hambatan dan Rintangan Dakwah Islam
di Mekkah
Para
tokoh masyarakat Quraisy mulai menyebarkan isu yang tidak benar mengenai ajaran
yang dibawa Nabi Muhammad Saw sebagai salah satu cara untuk menghambat gerakan
Islamisasi sehingga banyak masyarakat yang terpengaruh oleh isu-isu yang
menimbulkan fitnah tersebut. Bahkan Abu Thalib, paman Nabi yang memelihara dan
mengasuhnya sejak kecil juga dihasut untuk melarang Nabi Muhammad Saw agar
tidak menyebarkan ajaran islam. Karena tidak tahan atas ancaman dan teror yang
diarahkan kepadanya, maka pada suatu ketika, Abu Thalib membujuk Nabi Muhammad
Saw agar bersedia menghentikan kegiatan dakwahnya.
Mereka yang tidak senang dengan
ajakan Nabi Muhammad Saw terus berusaha mengganggu dan merintangi dakwah Nabi
dengan berbagai cara, termasuk penyiksaan dan pembunuhan. Mereka menerima
siksaan di luar batas perikemanusiaan. Misalnya: dipukul, dicambuk, tidak
diberi makan dan minum. Bilal dijemur di bawah terik matahari dan ditindih batu
besar. Istri Yasir yang bernama Sumaiyah ditusuk dengan lembing sampai
terpanggang.
4. Boikot dan Rencana Pembunuhan
terhadap nabi Muhammad Saw
Kegagalan masyarakat kafir Quraisy
dalam membujuk Nabi Muhammad saw untuk meninggalkan dakwahnya justru memperkuat
posisi umat Islam di kota Mekkah. Menguatnya posisi umat Islam memperkeras reaksi
kaum kafir Quraisy. Mereka mencoba menempuh cara-cara baru, yaitu melumpuhkan
kekuatan Nabi Muhammad Saw yang bersandar pada perlindungan keluarga Bani
Hasyim. Caranya adalah memboikot mereka dengan memutuskan segala bentuk
hubungan dengan Bani Hasyim. Tidak seortang pun dari penduduk Mekkah yang
diperkenankan melakukan hubungan jual beli dengan Bani Hasyim. Persetujuan itu
dibuat dalam bentuk piagam dan ditandatangani bersama serta disimpan di dalam
Ka’bah. Pemboikotan ini berlangsung selama lebih kurang tiga tahun, yang
dimulai pada bulan Muharram tahun ketujuh kenabian, bertepatan dengan tahun 616
M. Di anatar isi piagam pemboikotan ini adalah sebagai berikut :
1. Mereka tidak akan menikahi
orang-orang Islam
2. Mereka tidak akan menerima permintaan
nikah dari orang-orang Islam
3. Mereka tidak akan berjual beli apa
saja dngan orang-orang Islam
4. Mereka tidak akan berbicara dan
tidak akan menjenguk orang-orang Islam yang sakit
5. Mereka tidak akan menerima
permintaan damai dengan orang-orang Islam, sehinhgga mereka menyerahkan
Muhammad untuk dibunuh.
Akibat pemboikotan tersebut, Bani Hasyim menderita
kelaparan, kemiskinan, dan kesengsaraan yang tiada bandingnya. Pemboikotan itu
baru berhenti setelah beberapa pemimpin Quraisy merasa iba dengan penderitaan
yang dialami Bani Hasyim dan umat Islam. Akhirnya mereka merobek isi piagam
tersebut dan memusnahkannya. Dengan perobekan itu, otomatis pemnboikotan itu
berakhir.
D. Strategi Perjuangan Dakwah Nabi Muhammad Saw
1. Hijrah ke Habsyi yang pertama
Penyiksaan dan penganiayaan kafir
Quraisy yang diuar batas perikemanusiaan terhadap orang-osang muslim membuat
hati nabi tidak tahan melihat penderitaan itu. Akhirnya Nabi Muhammad
menyarankan kepada sahabatnya untuk mengungsi ke Habsyi guna menghindar dari
gangguan, siksaan dan ancaman orang-orang kafir Quraisy. Pada bulan ketujuh
tahun kelima kenabian berangkatlah 11 orang laki-laki beserta 4 wanita kemudian
rombongan berikutnya menyusul hingga jumlah yang hijrah ke Habsyi mencapai 70
orang. Kedatangan orang-orang Islam di Habyi disambut dengan baik oleh raja
Nejus. Bahkan ia memberikan perlindungan dan diizinkan untuk melaksanakan
ibadah Islam. Keadaan itu berubah ketika orang-orang Quraisy mengirim utusan
kepada Raja Nejus. Mereka meminta agar Raja Habsyi itu mengembalikan
orang-orang mukmin ke negei asalnya, yaitu Mekkah. Namun permintaan itu
ditolaknya.
Ketika umat
Islam berada di Habsyi Rasulullah tetap tinggal di kota mekkah. Beliau tetus
berusaha menyebarkan Islam kepada masyarakat Quraisy, meskipun mendapat ancaman
dan gangguan yang luar biasa. Usaha Rasulullah Saw ini ternayat tidak sia-sia.
Ia b erhasil mempengaruhi beberapa tokoh Quraisy, misalnya, Hamzah bin Abdul
Muthalib yang masuk Islam pada tahun 615 M bertepatan pada tahun ke enam
kenabian.
2. Hijrah ke Habsyi yang kedua
Umat Islam yang hijrah ke Habsyi
pertama berlangsung slama 2 bulan. Setelah itu mereka kembali ke Mekkah.
Melihat keberhasilan umat Islam untuk bertahan dan mendapat perlindungan di
Habsyi, kafir Quraisy semakin geram. Karena itulah, Nabi Muhammad menyarankan
kembali kepada umat Islam untuk hijrah ke Habsyi. Hijrah kedua ini diikuti oleh
101 orang diantarnaya terdapat 18 orang wanita yang dipimpin oleh Jakfar bin
Abi Thalib.
Kepergian
umat Islam yang kedua ini ke Habsyi masih mendapat sambutan yang hangat dari
Raja Nejus. Rupanya kebaikan hati Raja Nejus ini membuat marah orang-orang
kafir Quraisy. Mereka tidak tahan dan terus berusaha untuk menghambat langkah
perkembangan Islamdengan berbagai cara. Melihat keseriusan orang-orang kafir
Quraisy, Raja Nejus berusaha mengumpulkan umat Islam untuk meminta penjelasan
yang sebenarnya. Dalam kesempatan ini Jakfar bin Abi Thalib bertindak sebagai
juru bicara umat Islam untuk menjelaskan hal yang sebenarnya mengenai ajaran
Islam kepada Raja Nejus. Akhirnya Raja mengerti dan Raja Nejus pun masuk Islam.
3. Misi ke Thaif
Tahun kesepuluh kenabian, dikenal
dengan tahun duka bagi Nabi Muhammad Saw sebab dua orang yang sangat dicintainya
meninggal dunia, yaitu Siti Khadijah dan Abu Thalib. Dengan meninggalnya
mereka, orang-orang kafir Quraisy semakin berani mengganggu dan menyakiti Nabi
Muhammad saw. Karen apenderitaan yang dialami Nabi Muhammad semakin hebat, ia
bersama Zaid berencana pergi ke Thaif guna meminta bantuan serta perlindungan
dari keluarganya yang berada di kota itu. Akan tetapi mereka tidak mau
meberikan perlindungan dan bantuan apaun kepada nabi Muhammad Saw. Bahkan
beliau diusir dan dihina dengan cara-cara yang tidak manusiawi. Beliau diusir
dan dilempari batu oleh pemuda kota Thaif.
4. Perjanjian aqabah
a. Perjanjian Aqabah I
Pada tahun ke 12 kenabian,
bertepatan dengan tahun 621 M, Nabi Muhammad Saw menemui rombongan haji dari
Yatsrib. Rombongan haji tersebut berjumlah sekitar 12 orang. Kepada mereka Nabi
Muhammad menyampaikan dakwahnya. Seruan itu mendapat sambutan hangat sehingga
mereka menyatakan keislamannya di hadapan Nabi Muhammad. Pertemuan tersebut
terjadi di salah satu bukit di kota Mekkah, yaitu bukit Aqabah. Disini mereka
mengadakan persetujuan untuk membantu Nabi Muhammad dalam menyebarkan Islam.
Isi perjanjian aqabah itu antara lain sebagi berikut :
1. Mereka menyatakan setia kepada Nabi
Muhammad
2. Mereka menyatakan rela berkorban harta
dan jiwa
3. Mereka bersedia ikut menyebarkan
ajaran Islam yang dianutnya
4. Mereka menyatakan tidak akan
menyekutukan Allah
5. Mereka menyatakan tidak akan
membunuh
6. Mereka menyatakan tidak akan
mralkukan kecurangan dan kedustaan.
b. Perjanjian Aqabah II
Pada tahun ke 13 kenabian,
bertepatan dengan tahun 622 M, jamaah Yatsrib datang kembali ke kota Mekkah
untuk melaksanakan ibadah haji. Jamaah itu berjumlah sekitar 73 orang.
Setibanya di kota Mekkah, mereka menemui Nabi Muhammad menyampaikan pesan
berupa permintaan masyarakat Yatsrib agar Nabi Muhammad bersedia datang ke kota
Mekkah, memberikan penerangan tentang ajaran islam dan sebagainya. Permohonan
itu dikabulkan Nabi Muhammad dan beliau menyatakan kesediannya untuk datang dan
berdakwah disana. Untuk memperkuat kesepakatan itu, mereka mengadakan
perjanjian yang disebut perjanjian aqabah yang kedua yang berisi :
1. Penduduk Yatsrib siap dan bersedia
melindungi Nabi Muhammad
2. Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam
membela Islam dengan harta dan jiwa
3. Penduduk Yatsrib ikut berusaha
memajukan agama Islam dan menyiarkan kepada sanak keluarga mereka
4. Penduduk Yatsrib siap menerima
segala resiko dan tantangan.
E. Dakwah Nabi Muhammad Saw pada periode Madinah
1. Hijrah ke Yatsrib
Setelah Baiah Aqabah Kedua tindakan
kekerasan terhadap kaum muslimin makin meningkat, bahkan musyrikin Quraisy
sepakat akan membunuh Rasulullah. Menghadapi kenyataan ini Rasulullah
menganjurkan para sahabatnya untuk segera pindah ke Yatsrib. Rasulullah
meninggalkan Mekkah setelah seluruh kaum muslimin, kecuali Ali dan keluarganya
serta Abu Bakar dan keluarganya, sudah keluar dari Mekah. Ketika akan
berangkat, Rasulullah meminta Ali untuk tidur di kamarnya guna mengelabui musuh
yang berencana membunuhnya. Beliau berangkat ke gua Tsur, arah selatan Mekah,
ditemani oleh Abu Bakar.
Mereka
bersembunyi di gua Tsur selama tiga malam. Tidak ada yang tahu tentang keadaan
dan tempat persembunyian mereka selain putera pteri Abu Bakar sendriri,
Abdullah, Aisyah, dan Asma’ serta sahayanya, Amir ibn Fuhairah. Merekalah yang
mengirimkan makanan setiap malam dan menyampaikan kabar mengenai pergunjingan
penduduk Mekah tentang Rasulullah. Pada malam yang ketiga mereka keluar dari
persembunyiannya untuk melanjutkan perjalanan menuju Yatsrib ditemani oleh
Abdullah ibn Abi Bakar dan Abdullah ibn Arqad, seorang musyrik yang bertugas
selaku penunjuk jalan.
Senin tengah hari 8 Rabiul Awwal
Rasulullah tiba di Quba, sekitar 10 kilometer dari kota Yatsrib. Selama tinggal
di Quba beliau menginap di rumah Kultsum ibn Hadam, seorang laki-laki tua yang
rumahnya biasa dijadikan pangkalan bagi orang-orang yang baru datang ke
Yatsrib. Adapun Abu Bakar menginap di rumah Hubaib ibn Isaf atau Kharijah ibn
Zaid. Pada saat itulah masjid pertama dibangun di sini atas saran Ammar ibn
Yasir. Rasulullah sendiri yang meletakkan batu pertama di kiblatnya, diikuti
oleh Abu Bakar, kemudian diselesaikan oleh para sahabatnya. Tiga hari kemudian
Ali ibn Abi Thalib tiba pula di Quba setelah menempuh perjalanan selama 15
hari. Ia bergaung dengan Rasulullah tinggal di rumah ibn Hadam. Keesokan
harinya, Jumat 12 Rabiul Awal bertepatan dengan 24 September 622 M rombongan
Muhajirin ini melanjutkan perjalanan ke Yatsrib.
Kedatangan Rasulullah disambut
hangat penuh kerinduan oleh kaum Anshar. Kemudian unta Nabi berhenti di salah
satu kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma, bersebelahan dengan rumah Abu
Ayyub. Kebun ini milik dua anak yatim bersaudara yang diasuh oleh Abu Ayub,
bernama Sahl dan Suhail, putera Rafi’ ibn Umar. Atas permintaan Mu’adz ibn
Ahra’, kebun ini dijual, dan diatasnya dibangun masjid atas perintah
Rasulullah. Sejak kedatangan Rasulullah, Yatsrib berubah namanya menjai Madinah
al-Rasul atau al-Madinah al-Munawwarah.
2. Pembinaan Masyarakat dan Peletakan
Dasar-dasar Kebudayaan Islam
Pekerjaan besar yang dilakukan
Rasulullah dalam periode Madinah adalah pembinaan terhadap masyarakat Islam
yang baru terbentuk. Dasar-dasar kebudayaan yang diletakkan oleh Rasulullah itu
pada umumnya merupakan sejumlah nilai dan norma yang mengatur manusia dan
masyarakat dalam hal yang berkaitan dengan peribadatan, sosial, ekonomi dan
politik yang bersumber dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Lembaga utama dan pertama
yang dibangun Rasulullah dalam rangka pembinaan masyarakat ini adalah masjid.
Pertama masjid Quba, selang beberapa hari kemudian Masjid Nabawi dibangun
setelah Rasulullah tiba di Yatsrib.
Muhammad ternyata bukan hanya
seorang Nabi dan Rasul, tapi juga seorang ahli politik yang ulung dan diplomat
yang bijak, sebagai pahlawan perkasa di medan perang, dan sebagai ksatria dalam
memperlakukan musuh yang kalah. Kepiawannya berpolitik antara lain ditunjukkan
dalam perjanjian damai dengan penduduk non muslim Madinah. Dengan perjanjian
iyu, kota Madinah menjadi Madinah al-Haram dalam arti yang sebenarnya.
Perjanjian ini kemudian dikenal dengan Piagam Madinah.
Beberapa asas masyarakat Islam yang
telah diletakkan oleh Rasulullah antara lain al-ikha (persaudaraan), al-musawah
(persamaan), al-tasamuh (toleransi), al-tasyawur (musyawarah), al-ta’awun
(tolong menolong), al-adalah (keadilan). Atas dasar ini pula Rasulullah
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar.
3. Memelihara dan Mempertahankan
Masyarakat Islam
a. Rongrongan kaum Yahudi
Kaum Yahudi Madinah yaitu Bani
Qainuqa, Bani Nadlir dan Bani Quraidhah sejak semula sudah mempercayai akan
datangnya nabi akhir zaman sebagaimana dijelaskan dalam kitab suci mereka
tetapi mereka ingkar.
Kira-kira setahun kemudian setelah
pengusiran Bani Qainuqa pada akhir tahun kedua setelah hijrah, Amr ibn Jahasy
dari Bani Nadlir mencoba hendak membunuh Rasulullah. Ia menjatuhkan batu dari
atas tembok tempat beliau dan para sahabatnya beristirahat. Atas
penghianatan itu, perkampungan mereka dikepung selama 16 hari, dan mereka
diusir dari Madinah.
Pengusiran terhadap Bani Nadlir
mendorong mereka untuk bersekutu dengan kabilah-kabilah besar Arab seperti
Quraisy, Ghathfan, Bani Murrah dan lain-lain untuk bersama-sama menyerang
Madinah. Terjadilah perang Ahzab pada tahun 5 H. Kota Madinah dikepung,
sehingga kaum muslimin terancam kelaparan. Ketika musuh menghentikan
pengepungan dan meninggalkan Madinah tanpa hasil sedkit pun, kaum muslimin
mengepung perkampungan Quraidhah selama 25 hari. Karena penghianatannya, mereka
dihukum mati, sementara anak-anak dan perempuan meraka ditawan.
b. Rongrongan orang-orang
munafik
Ketika Rasulullah bersiap untuk menghadapi perang Uhud, kaum munafik keluar
dari barisan yang dipersiapkan itu atas hasutan Abdullah ibn Ubai, pemimpin
mereka. Mereka juga mengadakan hubungan baik dengan kaum Yahudi dan pernah
menjanjikan bantuan kepada bani Quraidhah sewaktu yang disebut terakhir ini
mengianati kaum muslimin. Terhadap orang-orang munafik ini Rasulullah bersikap
lunak sambil berusaha menyadarkan mereka supaya beriman secara benar. Usaha
Rasulullah tidak sia-sia, ternyata kelompok orang munafik ini tidak ditemukan
lagi setelah Abdullah ibn Ubay meninggal dunia.
c. Rongrongan kafir Quraisy dan
sekutunya
Perang sebagai jawaban atas sikap
permusuhan kafir Quarisy terjadi pertama kali di lembar Badar pada tanggal 17
Ramadhan 2 H. Dalam al-Qur’an peristiwa itu disebut yaum al-furqan,
artinya hari pemisah antara yang hak dan yang batil. Kendatipun jumlah pasukan
Islam jauh lebih kecil dari pasukan Quraisy, namun mereka berhasil meraih
kemenangan. Sementara itu, kafir Quarisy bertekad membalas kekalahan itu dengan
mempersiapkan 3000 pasukan dengan perbekalan yang cukup dan persenjataan yang
lengkap. Turut ambil bagian dalam pasukan itu, Arab Tihamah, Kinanah, Bani
Harits, Bani Haun, dan Bani Musthaliq. Pada bulan Sya’ban 3 H terjadilah perang
Uhud. Dalam peristiwa ini umat Islam menderita kekalahan. Kurang lebih 70 orang
sahabat Rasulullah gugur sebagai syuhada, termasuk di antaranya Hamzah ibn Abd
al-Muthalib, paman Rasulullah.
Sementara kaum kafir Arab meningkatkan kerjasama untuk menyempurnakan kemenangan
mereka, Bani Nadlir mencoba melakukan pembunuhan atas diri Rasulullah, namun
gagal dan mereka diusir dari Madinah. Mereka kemudian bersekutu dengan kafir
Quraisy dan kabilah-kabilah Arab lain yang memusuhi Islam. Bulan Syawal 5 H
kurang lebih 14000 tentara, diantaranya 4000 dari Quraisy di bawah pimpinan Abu
Sufyan, menyerbu Madinah. Menghadapi serbuan ini Rasulullah memilih bertahan di
dalam kota. Atas saran Salman al-Farisi, di bagian utara kota digali parit yang
lebar dan dalam, sementara di bagian yang lain dijaga ketat dengan menutup
setiap lorong untuk masuk ke dalam kota. Perang ini dikenal dengan perang
Khandaq, karena kaum muslimin meggunakan parit (khandaq) sebagai benteng
pertahanan. Dikenal pula dengan perang Ahzab, karena musuh yang menyerang
Madinah terdiri dari berbagai golongan yang bersekutu.
4. Fase Perjuangan setelah Perang Ahzab
Pada bulan Dzu al-Qa’dah 6 H
Rasulullah dan sekitar 10.000 sahabatnya berangkat ke Mekah untuk menunaikan
umrah dan haji. Tidak ada senjata yang mereka bawa selain pedang yang tersimpan
pada sarungnya sekedar untuk menjaga diri selama dalam perjalanan. Kafir
Quarisy tidak menghendaki kaum muslimin memasuki kota Mekah karena menurut
mereka hal ini berarti kemenangan bagi kaum muslimin. Oleh karena itu, mereka
mengirim pasukan di bawah pimpinan Khalid bin Walid untuk menghadang rombongan
Rasulullah. Kaum muslimin dapat menghindari pertemuan dengan pasukan Khalid
dengan menempuh jslsn lsin, sehingga meeka sudah sampai di Hudaibiyah, beberapa
mil dari kota Mekah.
Rasulullah bermusyawarah dengan para sahabat, dan memutuskan untuk mengutus
Utsman bin Affan guna menyampaikan maksud kedatangan mereka. Akan tetapi Utsman
bin Affan ditahan dan timbul desas-desus bahwa Utsman dibunuh. Kemudian rasulullah
dan para sahabatnya mengadakan sumpah setia untuk berperang sampai tercapai
kemenangan yang disebut baiah al-ridlwan karena diridhai oleh
Allah swt. Sumpah setia ini menggetarkan nyali musyrikin Quraisy, sehigga
mereka membebaskan Utsman dan mengirim Suhail ibn Amr al-Amiri untuk mengadakan
perjanjian damai dengan kaum muslimin. Perjanjian ini dikenal dengan Perjanjian
Hudaibiah yang pokok-pokoknya sebagai berikut :
1. Segala permusuhan antara kedua belah
pihak dihentikan selama 10 tahun
2. Setiap orang Quraisy yang datang
kepada kaum muslimin tanpa seizin walinya harus ditolak dan dikembalikan
3. Setiap orang Islam yang menyerahkan
diri kepada pihak Quraisy tidak akan dikembalikan
4. Setiap kabilah yang ingin bersekutu
dengan kaum Quraisy maupun dengan kaum muslimin tidak boleh dihalang-halangi
oleh salah satu pihak yang membuat perjanjian ini.
5. Kaum muslimin tidak boleh memasuki
Mekah pada tahun ini, namun diberi kesempatan pada tahun berikutnya dengan
syarat tidak membawa senjata, kecuali pedang dalam sarungnya dan tidak tinggal
di Mekah lebih dari tiga hari.
Kaum muslimin berhasil memasuki kota
Mekah tanpa setetes darah pun pada tahun 20 Ramdhan tahun 8 H. Para penakluk
kemudian berthawaf menegelilingi Ka’bah dan menghancurkan patung-patung yang
ada di rumah suci itu. Peristiwa ini dikenal dengan Fathu Mekah
(pembebasan Mekah).
Pada bulan Rajab 9 H bertepatan
dengan Oktober 630 M, Rasulullah mempersiapkan pasukan untuk meghadapi tentara
Romawi di Utara. Pasukan Romawi yang semula akan menyerang Islam, mundur
kembali ke negerinya stelah melihat betapa besar jumlah pasukan kaum muslimin
yang dipimpin Rasululah tak kena mundur. Peristiwa ini dikenal dengan Perang
Tabuk.
Oleh karena itu, sejak tahun 9 H
(630/631 M) para utusan kabilah-kabilah Arab datang berbondong-bondong
menghadap Rasulullah menyatakan masuk Islam. Mereka itu antara lain Bani
Tsaqif, dari Thaif, Bani Asad dari Najd, Bani tamim disusul kemudian oleh
perutsan dari Yaman dan sekitarnya pada tahun 10 H. Dengan demikian, tahun ini
disebut dengan tahun perutusan atau ‘am alwufud.
F. Haji Wada’ dan Akhir Hayat Rasulullah
Setelah tercipta ketenangan di
seluruh jazirah Arab, Rasulullah bermaksud menunaikan haji ke Baitullah. Pada
tanggal 25 Dzu al-Qa’dah 10 H, beliau bersama-sama dengan sekitar 100.000
sahabatnya berangkat meninggalkan Madinah menuju Mekah. Pada tanggal 8 Dzu
al-Hijjah yang disebut hari Tarwiyah Rasulullah bersama rombongannya berangkat
menuju Mina dan pada waktu fajar hari berikutnya mereka berangkat ke Arafah.
Tepat tengah hari di Arafah, beliau
menyampaikan pidato yang amat penting, yang dikenal dengan khuthbah
al-wada’i(pidato perpisahan). Beliau menyampaikan amanat dari atas punggung
unta dan meminta Tabi’ah ibn Umayyah ibn Khalaf untuk mengulang dengan keras
setiap kalimat yang beliau ucapkan. Pada setiap kalimat yang beliau ucapkan,
haus didengar oleh setiap orang dan wajib disampaikan kepada orang-orang yang
berada di empat yang jauh. Pidato Rasulullah itu amat penting, karena mengandung
pesan yang amat berharga untuk pedoman hidup manusia, baik yang berkaitan
dengan hubungan antar manusia maupun hubungan manusia dengan Penciptanya.
Kira-kira tiga bulan sesudah
menunaikan ibadah haji yang penghabisan itu, Rasulullah mendertia demam beberapa
hari. Beliau menunjuk Abu Bakar untuk menggantikan beliau mengimami shalat
jamaah. Pada hari Senin 12 Rabiul Awwal 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M,
Rasulullah mengembuskan nafasnya yang terakhir, menghadap ke hadirat Allah Swt
dalam usia 63 tahun.
BAB
III
PENUTUPAN
1.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah disebutkan dapat disimpulkan
bahwa sejarah peradaban Islam dimasa Nabi Muhammad SAW banyak melewati
rintangan-rintangan dan penganiayaan diluar batas manusia. Namun demikian orang
muslim selalu bersabar dan istiqamah di jalan-Nya. Begitu juga dengan Nabi
Muhammad SAW selalu bersabar dan istiqamah dalam menyiarkan agama islam dari
periode Mekkah hingga Periode Madinah.
Nabi Muhammad SAW bukan hanya sebagai seorang Rasulullah yang di utus untuk
menyebarkan ajaran Islam, melainkan juga sebagai pemimpin negara yang pandai
dalam berpolitik, sebagai seorang panglima perang serta seorang administrator
yang cakap, hanya dalam waktu kurun waktu singkat Rasulullah bisa menaklukkan
seluruh Jazirah Arab.
Pada akhirnya, perjuangan Nabi Muhammad SAW membuahkan
hasil, yaitu berkembangnya islam dengan pesat, tidak hanya di Madinah bahkan di
Mekkah juga, yang ditandai dengan terjadinya peristiwa Fathul Mekkah.
2.
Kritik dan Saran
Demikianlah
yang dapat kami paparkan dalam makalah kami, untuk kepentingan kita bersama
kami sbagai penulis dan Anda pembaca, sekirannya dapat memberi saran atau
kritikan yang membangun serta tanggapan guna untuk memperbaiki atau
tambahan bahasan kami dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Syalabi,
A. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Terj. Mukhtar Yahya, dkk. Jilid I.
Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994
Yatim
Badri, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 2011)
Abdurrahman
Dudung. Sejarah Peradaban Islam dari masa Klasik hingga Modern.Cetakan
Pertama, 2003
Label: Makalah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda