ULUMUL QURAN MAKKI DAN MADANI
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikanrahmat dan karunia –Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makki dan Madani” ini dengan baik.
Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari
berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan yang terbaik
dan sesuai dengan harapan, walaupun didalam pembuatannya kami
menghadapi kesulitan, karena keterbasan ilmu pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki. Oleh karena itu pada kesempatan ini, kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada Bapak Ahmad Shodikin selaku
dosen pembimbing Ulumul Qur’an. Dan kepada teman yang telah memberikan
dukungan dan dorongan kepada kami.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami butuhkan agar
dapat menyempurnakannya di masa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan
dalam makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-teman dan pihak yang
berkepentingan. Aamiin.
Cirebon,
1 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………….…………………………...1
DAFTAR ISI…………………………………………………….…………….….2
BAB I PENDAHULUAN…………………………….……………..………...….3
- Latar Belakang……………………………….…………………………....3
- Rumusan Masalah………………………….…………………………..…4
- Tujuan Penulisan………………………….………………….……….…..4
BAB II PEMBAHASAN……………………….…………………….……...…..5
- Pengertian Makki dan Madani………….………………………….…….5
- Ciri-ciri Makki dan Madani…………….…………………….………….6
- Perbedaan Makki dan Madani………….…………………….………….9
- Cara Mengetahui Makki dan Madani……………………….……….....11
- Klasifikasi Makki dan Madani……………………………………….…12
- Faedah Makki dan Madani…………………………………….………..16
BAB III PENUTUP……………………………………………………...……...20
- KESIMPULAN……………………….…………………………..….….20
DAFTAR PUSTAKA………………………...…………………………………22
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Semua bangsa berusaha keras untuk melestarikan warisan
pemikiran sendi-sendi kebudayaannya. Demikian juga umat Islam amat
memperhatikan kelestarian risalah Nabi Muhammad yang memuliakan semua umat
manusia. Itu disebabkan risalah Muhammad bukan sekedar risalah ilmu dan
pembaharuan yang hanya diperhatikan sepanjang diterima akal dan mendapat
respond manusia, tetapi, di atas itu smeua, ia agama yang melekat pada akal dan
terpateri dalam hati. Oleh sebab itu kita dapati para pengemban petunjuk yang
terdiri atas para sahabat, tabi’in dan generasi sesudahnya meneliti dengan
cermat tempat turunnya Qur’an ayat demi ayat, baik dalam hal waktu ataupun
tempatnya. Penelitian ini merupakan pilar kuat dalam sejarah perundang-undangan
yang menjadi landasan bagi para peneliti untuk mengetahui metode dakwah,
macam-macam seruan, dan pentahapan dalam penetapan hukum dan perintah. Mengenai
hal ini anatar lain seperti dikatakan oleh Ibn Mas’ud r.a:
“Demi
Allah yang tiada Tuhan selain Dia, setiap surah Qur’an kuketahui di mana surah
itu diturunkan, dan tiada satu ayat pun dari Kitab Allah kecuali pasti pasti
kuketahui mengenai apa ayat itu diturunkan. Sekiranya aku tahu ada seseorang
yang lebih tahu daripadaku mengenai kitab Allah, dan dapat kujangkau orang itu
dengan untaku, pasti aku pacu untaku kepadanya.”[1]
Dakwah menuju jalan Allah itu memerlukan metode
tertentu dalam menghadapi segala keruakan akidah, perundang-undnagan dan
perilaku. Beban dakwah itu baru diwajibkan setelah benih subur tersedia baginya
dan fundasi kuat telah dipersiapkan untuk membawanya.
Dan asas-asas perundang-undangan dan aturan sosialnya
juga baru digariskan setelah hati manusia dibersihkan dan tujuannya ditentukan,
sehingga kehidupan yang teratur dapat terbentuk atas dasar bimbingan dari
Allah.
- Rumusan Masalah
1. Bagaimana
pengertian Makki dan Madani?
2. Bagaimana
ciri-ciri dari Makki dan Madani?
3. Bagaimana
perbedaan diantara Makki dan Madani?
4. Bagaimana
faedah Makki dan Madani?
- Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Makki dan Madani.
2. Untuk
mengetahui ciri-ciri dari Makki dan Madani.
3. Untuk
mengetahuin perbedaan diantara Makki dan Madani.
4. Untuk
mengetahui faedah Makki dan Madani.
BAB II
PEMBAHASAN
- Pengertian Makki dan Madani
Secara
bahasa Makki adalah Mekkah dan Madani adalah Madinah. "Menurut
Syaih Sayyid Alawi Bin Sayyid Abbas Al-Maliki dalam bukunya Faidzul
Khobir Wa Kholasotu At-taqrin".
مَكِيَّةُ: مَانَزَلَ قَبْلَ
الهِجْرَةِ وَإِنْ نَزَلَ بِغَيْرِ مَكَّةَ
مَدَنِيًّةُ: مَانَزَلَ بَعْدَ
الهِجْرَةِ وَإِنْ نَزَلَ بِغَيْرِالمَدِيْنَةِ
Makkiyah
adalah ayat atau surat yang diturunkan sebelum hijrah, sekalipun turun diselain
kota Makkah. Dan Madaniyah adalah ayat atau surat yang turun setelah hijrah,
sekalipun turun dikota Madinah.[2]
“Menurut
Syaih Hisam Bin Uruwah”
Setiap surat yang menyebutkan
ummat-ummat terdahulu itu disebut makkiyah. Dan Setiap surat yang menyebut
batasan-batasan atau undang-undang dan kewajiban-kewajiban itu disebut surat
madaniyah.
“Menurut Amiruddin”
Makkiyah ialah masa-masa ayat yang
turun ketika Nabi Muhammad SAW masih bermukim di Makkah selama 12 tahun 5 bulan
13 hari, persisnya sejak 17 Ramadhan tahun 41 dari kelahiran Nabi Muhammad SAW
sampai permulaan Rabi’ul Awal 54 dari kelahiran Nabi Muhammad. Dan Madaniyah
adalah masa ayat-ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah ke madinah, yaitu
selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, persisnya dari permulaan Rabi’ul Awal tahun 54
dari kelahiran Nabi sampai 9 dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi Muhammad
atau 10 hijriyah.
Para ulama
berbeda pendapat tentang makkiyah dan madaniyyah, dan dalam hal ini terbagi
atas tiga pendapat, sebagai berikut :
Pertama, pendapat paling mashur,
surah makkiyah yaitu wahyu yang turun sebelum nabi Muhammad saw hijrah,
sedangkan surah madaniyah yaitu wahyu yang turun setelah hijrah nabi Muhammad
saw. Pada tahun fathul makkah atau tahun “haji
wada”, ketika Nabi sedang berada dikediaman atau sedang bepergian. Ini
adalah pendapat paling shahih dalam pengertian keduanya.
Kedua, Makkiyah yaitu wahyu yang turun di
makkah al mukarromah walaupun setelah hijrah, sedangkan madaniyyah yaitu
wahyu yang turun di madinah al-munawaroh.
Ketiga, Makkiyah yaitu wahyu yang turun
karena obyek pembicaraan yang dituju untuk penduduk makkah al mukaromah,
sedangkan madaniyyah yaitu wahyu yang turun karena obyek pembicaraan yang
dituju untuk penduduk madinah al- munawwaroh.
- Ciri-ciri Makki dan Madani
Para ulama telah meneliti surah-surah Makki dan Madani
dan menyimpulkan beberapa ketentuan analogis bagi keduanya, yang menerangkan
ciri-ciri khas gaya bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakannya. Di situ
mereka dapat menghasilkan kaidah-kaidah dengan ciri-ciri tersebut.
v Ciri
Makki:
1. Setiap surah yang di dalamnya
mengandung “sajdah” maka surah itu Makki.
2. Setiap surah yang mengandung lafal kalla, berarti Makki. Lafal ini hanya
terdapat dalam separuh terakhir dari Qur’an. Dan disebutkan sebanyak tiga puluh
kali dalam lima belas surah.
3. Setiap surah yang mengandung ya ayyuhan nas dan tidak mengandung ya ayyuhal lazina amanur-ka u wasjudu. Namun
demikian sebagian besar ulama berpendapat bahwa ayat tersebut adalah ayat
Makki.
4. Setiap surah yang mengandung kisah
para nabi dan umat terdahulu adalah Makki, kecuali surah Baqarah.
5. Setiap surah yang mengandung kisah
Adam dan Iblis adalah Makki, kecuali surah Baqarah.
6. Setiap surah yang dibuka dengan
huruf-huruf singkatan, seperti Alif Lam
Mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan lain-lainnya, adalah Makki, kecuali surah
Baqarah dan Ali Imran. Sedang surah Ra’d masih diperselisihkan.
Ini adalah
dari segi ketentuan, sedang dari segi ciri tema dan gaya bahasa dapatlah
diringkas sebagai berikut:
1. Ajakan kepada tauhid dan beribadah
hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari
pembalasan, hari kiamat dan kengeriannya, neraka dan siksaannya, surga dan
nikmat-nya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti
rasional dan ayat-ayat kauniah.
2. Peletakan dasar-dasar umum bagi
perundnag-undangan dan akhlak mulia yang menajdi dasar terbentuknya suatu
masyarakat, dan penyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan darah, memakan
harta anak yatim secara zalim, penguburan hidup-hidup bayi perempuan dan
tradisi buruk lainnya.
3. Menyebutkan kisah para nabi dan
umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib
orang yang mendusatakan sebelum mereka, dan sebagai hiburan buat Rasulullah
sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
4. Suku katanya pendek-pendek disertai
kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, di telinga terasa
menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati, dan maknanya pun
meyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti surah-surah yang
pendek-pendek. Dan perkecualiannya hanya sedikit.
v Ciri Madani
1. Setiap
surah yang berisi kewajiban atau had (sanksi)
adalah Madani.
2. Setiap
surah yang di dalamnya disebutkan orang-orang munafik adalah Madani, kecuali
surah al-‘Ankabut adalah Makki.
3. Setiap
surah yang didalamnya terdapat dialog dengan Ahli Kitab adalah Madani.
Ini
dari segi ketentuan, sedang dari segi ciri khas tema dan gaya bahasa dapatlah
diringkaskan sebagai berikut:
1. Menjelaskan
ibadah, muamalah, had, kekeluargaan,
warisan, jihad, hubungan social, hubungan internasional, baik di waktu damai
maupun perang, kaidah hukum dan masalah perundang-undangan.
2. Seruan
terhadap Ahli Kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka
untuk masuk Islam, penjelasan mengenai penyimpangan mereka terhadap kitab-kitab
Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah
ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesame mereka.
3. Menyingkap
perilaku orang munafik, menganalisis kejiwaannya, membuka kedoknya dan
menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
4. Suku
kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahasa yang memantapkan
syariat serta menjelaskan tujuan dan sasarannya.
- Perbedaan Makki dan Madani
Untuk membedakan Makki dan Madani, para ulama
mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasar-dasarnya
sendiri.
a.
Dari Perspektif Masa Turun
Makkiyah
ialah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun
bukan turun di Mekah. Adapun Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun sesudah
Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Madinah. Ayata-ayat
yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyyah walaupun turun di Mekkah
atau Arafah.
Seperti yang
diturunkan pada tahun penaklukan kota Mekah, misalnya firman Allah: (QS.
An-Nisa [4] : 58)
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù't br&
(#rxsè?
ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr&
.
Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak…” (an-NIsa [4]: 58).
Ayat ini
diturunkan di Mekah, dalam Ka’bah pada penaklukan Mekah atau yang diturunkan
pada haji Wada’, seperti firman Allah:
ôtPöquø9$#
}§Í³t tûïÏ%©!$#
(#rãxÿx.
`ÏB
öNä3ÏZÏ
xsù öNèdöqt±ørB )ÏZy÷ZßJø9$#ur
Èböqt±÷z$#ur 4
tPöquø9$# àMù=yJø.r& öNä3s9 öNä3oYÏ
àMôJoÿøCr&ur öNä3øn=tæ ÓÉLyJ÷èÏR
àMÅÊuur
ãNä3s9 zN»n=óM}$#
$YYÏ 4
“Hari ini telah Kusempurnakan untukmu
agamamu, telah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku-ridhai Islam menjadi
agama bagimu.” (al-Ma’idah [5]:3).[3]
b.
Dari Perspektif Masa/tempat Turun
Makkiyah
ialah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah dan
Hudaibiyyah. Adapun Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan
sekitarnya, seperti Uhud, Quba’ dan Sul’a.
c.
Dari Perspektif Sasaran
Dari segi sasarannya, Makki adalah yang seruannya di
tujukan kepada penduduk Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada
penduduk Madinah.
- Cara Mengetahui Makki dan Madani
1.
Sima’i
Naqli
Sima’i Naqli
( pendengaran seperti adanya) yaitu berdasarkan pada riwayat yang shahih dari
para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para
tabi’in yang menerima atau mendengar dari para sahabat bagaimana, di mana dan
peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu tersebut. Nabi tidak pernah
menjelaskan ayat makkiyah dan madaniyah tersebut, para sahabat yang menyaksikan
secara langsung diturunkan wahyu, menyaksikan tempat turunnya, waktunya,
sebab-sebab diturunkannya dan lain sebagainya.[4]
2. Qiyas Ijtihadi
Qiyas
Ijtihadi yaitu didasarkan pada ciri-ciri Makki dan Madani. Apabila dalam surah
Makki terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Madani atau mengandung
peristiwa Madani, maka ayat tersebut dikatakan bahwa ayat itu Madani. Dan
apabila dalam surat Madani terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Makki atau
mengandung peristiwa Makki, Maka ayat tersebut dikatakan ayat Makki. Apabila
dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Makki, maka surah tersebut termasuk surah
Makkiyah. Apabila dalam suatu surah terdapat ciri-ciri Madani, makasurah
tersebut dinamakan surah Madaniyah. Inilah yang disebut qiyas ijtihadi.
- Klasifikasi Makki dan Madani
1.
Surah-surah
Madaniyah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran mengenai jumlahnya
adalah 20 surah yakni Al-Baqarah, Ali ‘Imran , An-Nisa’, Al-Ma’idah,
Al-Anfal, At-Taubah, An-Nur, Al-Ahzab, Muhammad, Al-Fath, Al-Hujurat, Al-Hadid,
Al-Mujadalah, Al-Hasyr , Al-Mumtahanah, Al-Jumu’ah , Al-Munafiqun, At-Talaq,
At-Tahrim, An-Nasr.[5]
2. Surah-surah Makkiyah
Pendapat yang paling mendekati
kebenaran mengenai jumlahnya adalah 82 surah. Yaitu surat-surat yang tidak
termasuk dalam surat-surat madaniyah dan surat-surat yang diperselisihkan.
3. Surah-surah yang diperselisihkan
Pendapat yang paling mendekati
kebenaran mengenai jumlahnya adalah 12 surah yakni Al-Fatihah, Ar-Ra’d,
Ar-Rahman, As-Saff, At-Taghaabun, Al-Mutaffifin, Al-Qadar, Al-Bayyinah,
Az-Zalzalah, Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas.[6]
4. Ayat Makkiyah dalam surah Madaniyah
Ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah
maksudnya dalah Suatu surat tersebut merupakan kriteria surah Madaniyah akan
tetapi banyak ulama mengecualikan ayat tersebut, yaitu ayat tersebut termasuk
ayat makkiyah. Sebagai contoh Surat Al-Anfal termasuk surat madaniyah akan
tetapi para ulama mengecualikan QS. Al-Anfal:30, Allah SWT berfirman:[7]
وَإِذْ يَمْكُرُ بِكَ الَّذِينَ
كَفَرُوا لِيُثْبِتُوكَ أَوْ يَقْتُلُوكَ أَوْ يُخْرِجُوكَ وَيَمْكُرُونَ
وَيَمْكُرُ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِين
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir
(Quraisy) membuat makar terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau
membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat makar, tetapi Allah menggagalkan
makar mereka. Dan Allah adalah sebaik-baik pembalas makar.” (Al-Anfal : 30).
Mengenai ayat tersebut Muqatil mengatakan bahwa ayat
tersebut diturunkan di Mekkah, karena berkenaan dengan apa yang dilakukan
orang-orang musyrik di Darun Nadwah ketika mereka merencanakan tipu daya
terhadap Rasulluh sebelum hijrah.[8] Dan juga sebagian ulama
mengecualikan QS. Al-Anfal : 64
5.
Ayat
Madaniyah dalam surah Makkiyah
Contohnya seperti perkataan Ibnu Abbas bahwa QS.
Al-An’am turun sekaligus di Mekkah sehingga Makkiyah kecuali ayat 151-153. Dan
QS. Al-Hajj adalah Makkiyah kecuali ayat 19-21, karena ayat tersebut diturunkan
di Madinah.[9]
6. Ayat yang diturunkan di Mekkah
sedang hukumnya Madaniyah
Sesudah Ayat tersebut diturunkan di
Mekkah pada hari penaklukkan kota Mekkah, akantetapi termasuk madaniyah karena
diturun sesudah hijrah, dan seruannya juga bersifat umum.Contoh ayat seperti ini
adalah QS. Al-Hujurat : 13, Allah SWT berfirman :
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Wahai
manusia, kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki & seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
adalah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui & Maha
Mengenal.” (Al-Hujurat : 13).
7.
Ayat yang diturunkan di Madinah sedang
hukumnya Makkiyah
Ayat seperti ini diturunkan di Madinah dan tetapi seruannya
ditujukan kepada orang musyrik penduduk Mekkah. Contohya adalah QS. Al-Mumtahanah
dan permulaan QS. Al-Bara’ah (At-Taubah) yang diturunkan di Madinah akan tetapi
seruannya ditujukan untuk orang-orang musyrik Mekkah.
8. Ayat yang serupa dengan yang
diturunkan di Mekkah dalam Madaniyah
Yakni ayat yang dalam surah
Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri umum Makkiyah, karena ayat
tersebut diturunkan di Mekkah. Contohnya QS. Al-Anfal :
32
وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ
هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ
السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ
“Dan (ingatlah), ketika mereka
berkata : Ya Allah, jika benar (Al-Qur’an) ini benar dari sisi-Mu, maka hujanilah
kami dengan batu dari langit. Atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.”(QS. Al-Anfaal: 32).
9. Ayat yang serupa dengan yang
diturunkan di Madinah dalam Makkiyah
Yakni ayat yang dalam surah Makkiyah
tetapi mempunyai gaya bahasa & ciri umum Madaniyah.
Contohnya QS. An-Najm : 32
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ
الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ ...
“(Yaitu) Mereka yang menjauhi
dosa-dosa besar & perbuatan keji yang selain kesalahan-kesalahan
kecil.” (An-Najm
: 32).
Imam Suyuthi mengatakan bahwa perbuatan keji aalah setiap
dosa yang ada sanksinya. Dosa-dosa besar adalah stiap dosa yang mengakibatkan
siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecila dalah apa yang terdapat diantara
kedua batas dosa-dosa tersebut. Sedangkan di Mekkah belum ada sanksi dan yang
serupa dengannya.
10. Ayat yang dibawa dari Mekkah ke
Madinah
Contohnya
adalah QS. Al-A’la dalilnya HR. Bukhari dari Al-Barra bin ‘Azib yang
menceritakan kedatangan pertama shahabat ke Madinah.
11. Ayat yang dibawa dari Madinah ke
Mekkah
Contohnya
awal QS. Al-Bara’ah dalilnya ketika Rasul SAW memerintahkan Ali kw untuk
menyampaikan kepada Abu Bakar ra untuk berhaji & mengumumkan bahwa setelah
tahun kesembilan tidak seorangpun Kaum Musyrikin diperbolehkan berhaji.
12. Ayat yang turun pada malam dan siang
hari
Kebanyakan ayat Qur’an turun pada
siang hari. Ayat yang turun pada malam hari diantaranya adalah QS. Ali Imran :
190. Contoh
lainnya QS. At-Taubah: 117-118 dan
QS. Al-Fath.
13. Ayat yang turun di musim panas dan
musim dingin
Para ulama memberi contoh ayat yang
turun di musim panas dengan ayat tentang kalalah yang terdapat di akhir Surat
An-Nisa’ sebagaimana yang disebutkan dalam shahih Muslim. Contoh lain dalam
Q.S. At-Taubah:81 yaitu ayat tersebut turun dalam perang Tabuk. Perang Tabuk
tersebut terjadi pada musim panas sebagaimana yang diceritakan dalam Al-Qur’an.
Ayat yang turun di musim dingin
yaitu Q.S.An-Nur:11-26, sebagaimana hadits sahih dari Aisyah. Contoh lainnya
adalah ayat-ayat yang turun mengenai perang Khandak, dari Surah Al-Ahzab,
ayat-ayat tersebut turun pada hari yang sangat dingin.
14. Ayat yang turun diwaktu menetap dan
dalam perjalanan
Kebanyakan Qur’an itu turun diwaktu
menetap. Ayat yang turun didalam perjalanan adalah At-Taubah : 34 , QS. Al-Hajj : 1-2 dan
QS. Al-Fath. Dalam
Q.S.At-Taubah:34 diriwayatkan oleh Ahmad melalui Sauban, bahwa ayat
tersebut turun ketika Rasululullah dalam suatu perjalanan. Begitu juga awal Surah
Al-Hajj dan Surat Al-Fath.
- Faedah Makki dan Madani
1. Untuk
dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Qur’an, sebab pengetahuan mengenai
tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya
dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi pegangan adalah pengertian
yang khusus.
2. Meresapi
gaya bahasa Qur’an dan memanfaatkannya dala
metode berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai
bahasa tersendiri. memperhatikan apa yang dikehendaki oleh situasi, merupakan
arti paling khusus dalam ilmu retorika.
Karakteristik
gaya bahasa Makki dan Madani dalam Qur’an memberikan kepada orang yang
mempelajarinya sebuah metode dalam penyampaian Allahs esuai dengan kejiwaan
lawan berbicara dan menguasai pikiran dan perasaannya serta mengatasi apa yang
ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
3. Mengetahui
sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada
Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik
periode Mekah maupun periode Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat
terakhir diturunkan.
Atau
dalam kata lain, manfaatnya ialah:
§ Membantu dalam menafsirkan Al-Qur’an
Pengetahuan tentang
peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Qur’an tentu sangat membantu dalam
memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an. Dengan mengetahui kronologis
Al-Qur’an pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktif dalam dua
ayat yang berbeda, yaitu dengan konsep nasikh-mansukh yang
hanya bias diketahui melalui kronologi Al-Qur’an.
§ Pedoman Bagi langkah-langkah dakwah
Ungkapan-ungkapan
dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat makkiyah dan madaniyyah
memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan
dengan orang yang diserunya.
§ Memberi informasi tentang sirah
kenabian
Penahapan
turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Mekkah atau di
Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu
terakhir. Al-Qur’an adalah rujukan otentik bagi perjalanan dakwah Nabi itu,
informasinya tidak bias diragukan lagi.
§ Meningkatkan keyakinan terhadap
keaslian al-Quran
§ Mengetahui uslub-uslub (bentuk
bahasa) al-Qur’an, kalau makiyah ushlubnya singkat-singkat,
sedangkan madaniyah ushlubnya panjang-lebar.
§ Meningkatkan keyakinan terhadap
keaslian al-Quran
§ Mengetahui sejarah periwayatan hukum
Islam (tarikhul tasyri’) yang begitu bijaksana dalam menetapkan
perkara-perkara; mengetahui hikmah disyari’atkan suatu hukum (hikmatul tasyri)
seperti contohnya hikmah diharamkannya khamr secara perlahan lahan.
§ Mudah diketahui mana ayat-ayat yang
turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci
al-Qur’an
§ Mengetahui perbedaan dan
tahap-tahap dakwah Islamiyah
§ Pemanfaatan terhadap gaya bahasa
al-qur’an dalam mengajak kepada jalan Allah swt. Sebab (gaya bahasa al-qur’an)
merupakan suatu gaya bahasa yang keras (sekaligus juga), lembut, rinci (maupun)
global, memberikan optimisme kepada kebahagiaan/kebaikan, mengancam,
menganjurkan, memberi peringatan, ringkas, penuh kekayaan bahasa, sesuai dengan
kondisi lawan bicara.
§ Menjelaskan tugas dan perhatian kaum
muslimin terhadap Al-Qur’an, sehingga mereka merasa belum cukup jika hanya pada
dataran menghafal teks Al-Qur’an. Bahkan mereka mengikuti tuntutan tempat
turunnya ayat, mencari pengetahuan tentang yang turun sebelum dan sesudah
hijrah, yang turun pada malam dan siang hari, pada musim dingin dan musim
panas, dan .mereka diikuti oleh orang yang mempelajari dan ilmu-ilmunya,
§ Mengetahui sejarah hidup Nabi
melalui ayat-ayat al-Qur’an, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan
dengan sejarah dakwah dengan segala peristiwanya, baik pada periode mekkah
maupun pada periode madinah, Sejak permulaan Turun wahyu hingga ayat
terakhir diturunkan. Qur’an adalah sumber pokok bagi peri hidup Rasulullah.
Peri hidup beliau yang diriwayatkan ahli sejarah harus sesuai dengan Qur’an,
dan Qur’an pun memberikan kata putus terhadap perbedaan riwayat yang mereka
riwayatkan.
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
Definisi
Makki dan Madani para ulama mendefinisikan menjadi tiga definisi yang Pertama, ditinjau
dari tempat turunnya yaitu Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang
diturunkan di Makkah dan sekitarnya, Madani adalah yang diturunkan di Madinah
dan sekitarnya. Kedua, ditinjau dari objek yang ditujunya. Ketiga,
ditinjau dari waktu turunnya, Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah ke
Madinah walaupun ayat atau surat tersebut turunnya selain di Makkah. Sedangkan
Madani adalah yang diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah. Dan ini pendapat
yang paling terkenal.
Cara
mengetahui Makki dan Madani yaitu dengan dua cara yaitu sima’i naqli(pendengaran
seperti apa adanya) dan qiyas ijtihadi (kias hasil ijtihad).
Klasifikasi Makki dan Madani adalah Yang turun di Makkah, Yang turun di
Madinah, Surat yang diperselisihkan, ayat-ayat Makkiyah dalam surat Madaniyah
begitu pula sebaliknya. Yang diturunkan di Makkah sedangkan hukumnya Madani dan
sebaliknya. Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madani
dan sebaliknya.yang dibawa dari Makkah ke Madinah dan sebaliknya, yang turun di
waktu malam dan siang hari, yang turun di musim panas dan di musim dingin, yang
turunkan di waktu menetap dan dalam perjalanan.
Perbedaan
antara Makki dan Madani diantaranya Makki adalah setiap surat yang mengandung
ayat sajdah, Setiap surat yang terdapat seruan ياايهاالناس, setiap surat yang dimulaihuruf tahajji (huruf
hijaiyah), juga setiap suku katanya pendek-pendek dan disertai dengan makna
yang mengesankan dan pembahasannya mengenai tauhid, dasar-dasar ibadah, kisah
umat-umat terdahulu.
Sedangkan ciri-ciri Madani diantaranya setiap
surat yang membahas tentang faridhah dan had juga hal-ihwal orang munafik dan
Ahl Kitab dan juga penjelasan tentang muamalah, kekeluargaan, warisan dan lain
sebagainya. Pada umumnya ayat-ayat dan surat-surat Madaniyah panjang-panjang.
Faedah
mengetahui Makki dan Madani adalah dapat meembantu dalam menafsirkan Al-Qur’an,
meresapi gaya bahasa Al-Qur’an dan memanfaatkannya dalam metode
berdakwah. Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Al-Qur’an.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qattan, Manna’.
2013. STUDI ILMU-ILMU QUR’AN. Surabaya:
CV. Ramsa Putrayyo
ash-shiddieqy , Hasbi. 1970. Ilmu-ilmu Al-Qur’an. Jakarta: Bulan Bintang.
Anwar, Rosihon. 2010. Ulum Al-Qur’an. Bandung : CV. Pustaka
Setia.
[1] Hadits riwayat Bukhari.
[2] Syaikh
Sayyid Alawi Bin Sayyid Abbas Al-Maliki, Faidzul Khabir Waholasotu At-taqrin,
[3] Dalam hadits sahih dari Umar
dijelaskan, ayat itu turun pada malam Arafah hari Jum’at tahun haji Wada’.
[4] Manna
Al-Qaththan, Studi-Studi Ilmu Al-Qur’an terj.
Muzakkir AS (Bogor:Pustaka Litera Antar Nusa,1996), Hal.
[5] Manna
Al-Qaththan, Mabahist Fi Ulum Al-Qur’an ( Mansyurat
Al-Ash Al-Hadits,1973), hal.61
[6] Ibid, hal. 56
[7] Imam
Jalaluddin Suyuthi, Itqan fi Ulum Alqur’an,.hal.25
[8] Muhammad
Al-Zarqani, Manahil Irfan fi Ulum Al-Qur’an,.hal.164
[9] Ibid,hal.
165
Label: Makalah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda