Selasa, 15 Maret 2016

Tawadhu



www.biografiku.com
Tawadhu
Oleh: Fazar Sodik

Tawadhu atau rendah hati merupakan sifat terpuji yang mutlak dimiliki setiap individu Muslim. Orang yang memiliki sifat tawadhu pasti akan dicintai Allah SWT, dan Rosulullah SAW. Rasulullah terkenal sebagai orang yang sangat tawadhu sehingga sangat di cintai oleh umatnya.

“ Dan hamba-hamba yang baik dari Tuhan yang Maha Penyayang itu ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. “(Q.S Al-Furqan (25) : (63).

Lawan dari sifat ini adalah takabbur. Imam Syafi’i berkata : ” Sikap Tawadhu adalah akhlak orang-orang yang mulia sedangkan takabur adalah ciri ciri dari orang yang tercela”. Rasulullah SAW. Bersabda barang siapa yang tawdhu karena Allah niscaya Allah akan mengangkat derajatnya. ( HR. Muslim)

Hadirin yang di muliakan Allah .
Ada tiga ciri orang yang memiliki sifat tawadhu. Pertama, selalu memandang rendah dirinya sendiri, dalam artian bukan menganggap hina dirinya. Tetapi merasa dirinya bukanlah orang yang sempurna. Memiliki kekurangan dan banyak melakukan kesalahan. Sehingga, dengan semua itu kita tidak akan menanggap remeh,  dan lebih mulia dari pada orang lain.

Kedua, menghargai orang lain. Muhammad SAW adalah orang yang sangat menghargai orang lain , khususnya para sahabat dengan para sahabat dan pengikutnya. Salah satu contok konkretnya adalah pada waktu perang badar. Beliau menghentikan pasukan perang di dekat sebuah mata air. Seorang yang bernama Hubab bin Mundir  bin Jamuh (orang yang palig tahu tentang tempat itu) bertanya : ya Rosulullah apa alasan anda untuk berhenti di tempat ini? Kalau ini wahyu dari Allah tidak akan maju atau mundur setapakpun dari sinih. Dan apakah ini pendapat anda dan hanya taktik bertempur saja? Beliau menjawab “ Ini sekedar pendapat saya dan merupakan taktik perang” kemudian Hubab berkata tidak dapat berhenti disinih. Mari kita beranjak pindah sampai ke tempat mata air  yang terdekat dari mereka ( musuh), lalu sumur sumur kering yang dibelakangpun timbun. Selanjutnya kita membuat kolam. Kita isi air sepenuhnya. Barulah kita hadapi mereka berperang. Kita akan mendapat air minum sementara mereka tidak.” Dengan tawadhu nya Rosulullah SAW menerima usulan itu, meskipun beliau adalah pemimpin tertinggi dalam peperangan ini.

Ketiga menerima pembenara dan nasihat orang lain. Kita adalah manusia yang tidak luput dari kesalahan dan dosa, dan orang lain adalah penilaian bagi perilaku kita, maka dhoif dan tidak sempurna menerima nasihat sebagai pembenaran atas perilaku kita yang sah.

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda