Makalah Filsafat Positifisme dan post positifisme
MAKALAH
Filsafat
Positifisme dan post positifisme
Di susun oleh kelompok :
Institut Agama Islam Negri (IAIN)
syekh nurjati Cirebon Tahun 2014/2015
ALIRAN POSITIISME
A.
Pendahuluan
Positivisme diperkenalkan oleh
Auguste Comte (1798-1857) karya utama Auguste Comte adalah cours de philosophic
positive yaitu kursus tentang filsafat
positiv yang diterbitkan dalam enam jilid selain itu karyanya yang pantas
disebutkan adalah Discour lesprit positive yang artinya pembicaraan tentang
jiwa positif, dalam karya inilah Comte menguraikan secara singkat
pendapat-pendapat positivis, hukum tiga stadia, klasifikasi ilmu-ilmu
pengetahuan dan bagaimana mengenai tatanan dan kemajuan.
Aliran positisme ini lahir sebagai
penyeimbang pertentangan yang terjadi antara rasionalisme dan empirisme. Aliran
positivisme berusaha menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme dengan
cara memasukan perlunya eksperiman dan ukuran-ukuran.
B.
Pengertian positivisme
Positivisme bersal dari kata
“positif” kata positif disini sama artinya dengan factual, yaitu apa yang
berdasarkan fakta-fakta. Menurt positivisme, pengetahuan kita tidak boleh
melebihi fakta-fakta.dengan demikian ilmu pengetahuan empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang
pengetahuan[1].
Sehingga filsafatpun harus mendalami contoh itu, oleh karena itulah positivisme
menolak cabang filsafat metafisika yang menanyakan hakikat benda-benda atau
penyebab yang sebenarnya , bagi positivisme tidaklah mempunyai arti apa-apa .
ilmu pengetahuan termasuk juga filsafat,
hanya menyelidiki fakta-fakta.
Tugas khusus filsafat inilah mengkoordinasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang beragam coraknya. Tentu saja maksud
positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan oleh empirisme,
positivisme mengutamakan pengalama-pengalaman berdasarkan fakta-fakta belaka.[2]
C.
Prspektif positivisme tentang
masyarakat
Comte melihat masyarakat sebagai
suatu keseluruhan organik yang
kenyataannya lebih dari pada sekedar jumlah sebagian-bagian yang saling bergantung tetapi untuk mengethui kenyataan ini metode
pemikiran empiris harus digunakan dengan meyakinkan bahwa masyarakat merupakan suatu bagian dari alam
sepertihalnya gejala fisik.
Menurut comte perkembangan ilmu
tentang masyarakat yang bersifat alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan
antar intlektual yang logis yangtelah di lewati oleh ilmu-ilmu lainnya.
Adapun gagasan dasar bahwa manusia
dan gejala social merupakan bagian dari alam dan dapat dianalisis dengan
metode-metode ilmu alam. Sumbangan comte adalah memberikan suatu analisis
komprehensif mengenai satuan filosofis dan metodologis yang menjadi dasar
antara apa yang disebut ilmu-ilmu alam dan ilmu social.
D.
Hukum tiga tahap ( stadia)
Hukum ini menyatakan bahwa masyarakat
atau umat manusia berkembang melalui tiga tahap yaitu tahap teologis metafisik
dan positif. Pengaruh cara berfikir yang berbeda-beda ini meluas kepada pola
perkembangan dan organi social masyarakat.
Menurut Comte perkembagan pemikiran
manusia terdir atas tiga tahap yaitu tahap teologik, lalu meningkat ketahap
metafisik kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap positif[3]
Tahap teologis
merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia untuk analisis yang
lebih.
Tahap metafisika
merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan tahap positif, dengan akal
budi.
Tahap positif
ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir
, akan tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya tidak mutlak, semangat
positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus menerus terhadap data baru
atas dasar pengetahuan dapat ditinjau kembali dan dapat diperluas. Akal budi
penting seperti dalam periode
metafisiktetapi harus dipimpin oleh data empiris analisis rasional
mengenai data empiris akhirnya
memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum , tetapi hukum-hukum dilihat sebagai unifornitas empiris lebih
dari pada kemutlakan metafisik[4].
Mengenai arti
social dari ketiga fase ini adalah pengaruhnya
terhdap perasaan manusia.
E.
Prinsip-prinsip keteraturan social
Analisis comte mengenai keteraturan
social dapat dibagi alam dua fase,
Pertama: usaha untuk menjelaskan keteraturan social secaa empiris
dengan menggunakan metode positive
Kedua: usaha untuk meningkatkan keteraturan social sebagai suatu
cita-cita yang normative dengan menggunakan metode-metode yang menyangkut
perasaan juga intlek.
Keteraturan
sosial juga bergantung pada pembagian
pekerjaan dan kerjasama ekonomi ndividu-individu menjalankan kegiatan ekonomi
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individualnya, akan tetapi begitu pembagian
pekerjaan kumpul partisipasi individu dalam kegiatan ekonomi menghasilkan
kerjasama kesadaran akan saling ketergantungan dan muncul ikatan-ikatan social
baru atau dasar itu.
F.
Agama humanitas
Wawasan comte terhadap
konsekuensi-konsekuensi terhadap konsep agama yang menguntungkan dan ramalannya
mengenai tahap positive post religius, dia mengakui bahwa agama pada masa
lampau sudah menjadi satu tonggak
keteraturan social yang utama, akan tetapi kalau dilihat dari perspekti
ilmiah(positif ) agama didasarkan pada kekeliruan intlektual asasi yang mula-mula sudah berkembang pad saat
awal-awal perkembangan intlektual
manusia.
Gagasan comte mengenai satu
masyarakat positivis dibawah bimbingan moral agama humanitas makin lama makin
terperinci misalnya dia menyusun suatu
kalender baru dengan hari-hari tertentu untuk menghormati ilmuan-ilmuan besar
dan lain-lain yang sudah bekerja demi kemanusiaan dan kemajuan manusia.
G.
Tiga zaman perkembangan pemikiran
manusia
Menurut comte perkembangan menurut
tiga zaman ini merupakan hukum yang tetap, ketiga zaman itu adalah zaman
teologis zaman metafisis dan zaman ilmiah atau positif.
1.
Zaman teologis
Zaman teologis
dapat dibagi menjadi periode sebagai berikut.
a)
Animisme
Tahapan animism inilah tahapan yang
paling primitif karena benda-benda dianggap mempunyai jiwa.
b)
Politeisme
Tahap ini adalah tahap perkembangan
dari tahap pertama, pada tahap ini manusia percaya pada dewa yang masing-masing
menguasai suatu lapangan seperti dewa laut, dewa gunung dan lain-lain.
c)
Monoteisme
Tahapan ini lebih tinggi dari
tahapan-tahapan sebelumnya, karena pada tahapan ini manusia hanya memandang
satu tuhan satu penguasa.
2.
Zaman metafisis
Pada zaman ini kuasa-kuasa
adikodrati diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak seperti kodrat dan
penyedap.Metafisika pada zaman ini dijunjung tinggi.
3.
Zaman positif
Zaman ini dianggap comte sebagai
zaman tertinggi dari kehidupan manusia alasannya ialah pada zaman ini tidak
lagi ada usaha manusia untuk mencari penyebb-penyebab yang terdapat ibelakang
fakta-fakta atas dasar observasi dan
dengan menggunakan rasionalnya manusia berusaha menitipkan relasi atau hubugan
persamaan dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta.
4.
Altruisme
Altruism diartikan sebagai
“menyerahkan diri pada keseluruhan masyarakat”.Bahkan bukan salah satu
masyarakat melainkan suku bangsa manusia pada umumnya jadi altruism bukan
sekedar “egoisme”.[5]
H.
Susunan ilmu pengetahuan
Comte membedakan ilmu pengetahuan
menjadi enam pokok yaitu: ilmu pasti, astronomi
fisika, kimia, biologi dan puncaknya pada sosiologi, semua ilmu
pengetahuan dapat dijabarkan kepada salah satu dari keenam ilmu tersebut.
Dengan demikian positivisme adalah
aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang diluar
fakta atau kenyataan akan dikesmapingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu
pengetahuan.
Menurut Auguste comte (1798-1857)
indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam
dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan
ukuran-ukuran yang jelas.Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan
meteran berat dengan kiloan dan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api
panas, matahari panas, kopi panas, ketika panas .kita juga tidak cukup
mengatakan panas sekali, panas, tidak panas,
tetapi kita memerlukan ukuran yang teliti , dari sinilah kemajuan sains
benar-benar dimulai.
Positivisme bukanlah suatu aliran
yang berdiri sendiri ia hanya
menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama dengan kata lain ia
menempurnakan metode ilmiah(schientific method) dengan memerlukan adanya
eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan
empirisme plus rasionalisme.
ALIRAN POST POSITIVISME
A.
Post positivisme
Adanya positivisme saja tidak cukup,
karena masih mendapat gugatan-gugatan. Gugatan ini dimulai sejak
tahun(1970-1980an) dan pemikiran-pemikirannya ini disebut dengan pemahaman
postpositivisme. Tokoh dari aliran ini adalah Karl . R Ropper, Thomas Kuhn.
Paham ini menentang paham positivismme dengan alasan bahwa ilmu-ilmu manusia
dengan ilmu-ilmu alam tidak bisa disamaratakan karena tindakan manusia tidak
bisa diprediksikan, sebab manusia itu selalu berubah.
Post positivisme ini merupakan
kritik terhadap positivisme, karena
positivisme disini dianggap mempunyai kelemahan-kelemahan. Secara ontologis
aliran post positivime bersifat critical realism dan realitas tersebut tidak
mungkin dapat dilihat jelas oleh para peneliti, secara epistemologi hubungan
penelitian dengan objek yang diteliti tidak boleh dipisahkan, namun harus
interaktiv sengan subjektivitas seminimal mungkin, secara metodologis adalah
modivied eksperimental/ komulatif. 0bservasi yang didewakan oleh positivisme
perlu diteliti kenetralisasiannya sebab observasi isa saja dipengaruhi oleh
presepsi masing-masing.
B.
Paradigma Post Positivisme
1)
paradigma
menurut pandangan guba dan pandangan denzim dan lincolin paradigma
adalah sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi ontologi epistemologi
dan metodologi atau sistem keyakinan dasar sebagai landasan untuk mencari
jawaban atas pertanyaan apa itu hakikat realitasnya haikat hubungan antara
peneliti dan realitas? Dan bagaimana cara peneliti mengetahui realitas?.
2)
Asumsi dasar post positivisme
Ø Fakta tidak bebas nilai melainkan bermuatan teori
Ø Falibilitas teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya
dijelaskan dengan bukti-bukti empiris. Bukti empiris memiliki kemungkinan untuk
menunjukan fakta anomaly.
Ø Ineraksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian
bukanlah reportase objektif melainkan hasi interaksi manusia dan semesta yang
penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah.
Ø Asumsi dasar post positivisme tentang realitas adalah jamak
individual.
Ø Hal itu berarti bahwa realitas(perilaku manusia) tidak tunggal
melainkan hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit yang
bersangkutan.
Ø Fakus kajian post positivisme adalah tindakan-tindakan(action)
manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan
Menurut Guba(1990:23) sistem dasar
post positivisme adalah sebagai berikut.
Asumsi ontology: “ realitas itu memang ada tetepi tidak akan pernah
dapat difahami sepenuhnya.”
Asumsi epistimologi:” objektivitas tetap merupakan pengaturan
(regulator) yang ideal, namun objektivitasnya hanya dapat diperkirakan dengan
penekanan khusus pada penjaga eksternal seperti tradisi dan komunitas yang
kritis.”
Asumsi metodologi:” eksperimental/manipulative yang dimodifikasi
maksudnya adalah menekankan sifat yang kritis.”
3)
Perbedaan paradigma positivisme da
post positivisme
ASUMSI
|
POSITIVISTIK
|
POST-POSITIVISTIK
|
Ontology
|
Bersifat
nyata artinya realita itu mempunyai keberadaan sendiri dan diatur oleh
hukum-hukum alam dan mekanisme yang bersifat tetap.
|
Realis
kritis atinya relitas itu memang ada, tetapi tidak akan pernah dapat difahami
sepenuhnya.
|
Epistemologi
|
Dualis/objektif,
adalah mungkin dan esensial bagi peneliti untuk mengambil jarak dan bersikap
tidak melakukan interaksi dengsn objek yang diteliti.
Nilai,
factor bias dan factor yang memepengaruhi lainnya secara otomatis tidak
mempengaruhi hasil study.
|
Objektivis
modivikasi artinya objektivitas tetap merupakan pengaturan(regulator) yang
ideal, namun objektivitas hanya dapat diperkirakan dengan penekanan khusus
pada penjaga eksternal seperti tradisi dan komunikasi yang kritis.
|
Metodologi
|
Bersifat
eksperimental/ manipulatif pertanyaan-pertanyaan dan/atau hipotesis-hipotesis
dinyatakan dalam bentuk proposisi sebelum penelitian dan diuji secara
empiris(falsifikasi) dengan kondisi yang trkontrol secara cermat.
|
Eksperimental/manipulative
yang dimodovikasi maksudnya menekankan sifat ganda yang kritis. Memperbaiki
ketidak seimbangan dengan melakukan penelitian dalam latar yang alamiah yang
lebih banyak menggunakan metode-metode kualitatif, lebih tergantunng pada
tteori grounded(grounded theory) dan memperlihatkan upaya (reintroducing)
penemuan dalam proses penelitian.
|
Kesimpulan
positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang
positif, sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan akan dikesmapingkan dalam
pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Adapun yang dimaksud dengan post
positivisme, Post positivisme ini merupakan kritik terhadap positivisme, karena positivisme disini
dianggap mempunyai kelemahan-kelemahan.
Daftar pustaka
Susanto A . 2013. Filsafat imu. Jakarta: PT.
Bumi Aksara
Hakim Atang Abdul,
Saebani Beni Ahmad. 2008. Filsafat umum . Bandung: CV. Pusataka Setia
Bekker,
Anton dan Zubair, Ahmad Charris. 1994. Metode penelitian filsafat.
Yogyakarta: kanisus
Dhanala11.
Blogspot.com/positivisme
[1]
Atang Abdul hakim dan Beni A.S, filsafat
umum dari metologi sampai teofilosofi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008 cet 1
halaman 296
[2]
Juhaya S.Pradja. 2000: 89
[3]
Mohammad Muslih, filsafat ilmu, kajian atasa dasar paradigm dan imu
pengetahuan, pen: belukar, cet:3, 2006, Yogyakarta halaman:91
[5]
Juhaya.S Pradja, 2000: 91
Label: Makalah
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda