Sabtu, 09 April 2016

Makalah Filsafat Positifisme dan post positifisme




MAKALAH
Filsafat
                     Positifisme dan post positifisme


Di susun oleh kelompok :



Institut Agama Islam Negri (IAIN) syekh nurjati Cirebon Tahun 2014/2015

ALIRAN POSITIISME
A.    Pendahuluan
Positivisme diperkenalkan oleh Auguste Comte (1798-1857) karya utama Auguste Comte adalah cours de philosophic positive  yaitu kursus tentang filsafat positiv yang diterbitkan dalam enam jilid selain itu karyanya yang pantas disebutkan adalah Discour lesprit positive yang artinya pembicaraan tentang jiwa positif, dalam karya inilah Comte menguraikan secara singkat pendapat-pendapat positivis, hukum tiga stadia, klasifikasi ilmu-ilmu pengetahuan dan bagaimana mengenai tatanan dan kemajuan.
Aliran positisme ini lahir sebagai penyeimbang pertentangan yang terjadi antara rasionalisme dan empirisme. Aliran positivisme berusaha menyempurnakan aliran empirisme dan rasionalisme dengan cara memasukan perlunya eksperiman dan ukuran-ukuran.
B.     Pengertian positivisme
Positivisme bersal dari kata “positif” kata positif disini sama artinya dengan factual, yaitu apa yang berdasarkan fakta-fakta. Menurt positivisme, pengetahuan kita tidak boleh melebihi fakta-fakta.dengan demikian ilmu pengetahuan  empiris menjadi contoh istimewa dalam bidang pengetahuan[1]. Sehingga filsafatpun harus mendalami contoh itu, oleh karena itulah positivisme menolak cabang filsafat metafisika yang menanyakan hakikat benda-benda atau penyebab yang sebenarnya , bagi   positivisme tidaklah mempunyai arti apa-apa . ilmu pengetahuan termasuk juga filsafat,  hanya menyelidiki fakta-fakta.  Tugas khusus filsafat inilah mengkoordinasikan   ilmu-ilmu pengetahuan  yang beragam coraknya. Tentu saja maksud positivisme berkaitan erat dengan apa yang dicita-citakan oleh empirisme, positivisme mengutamakan pengalama-pengalaman berdasarkan fakta-fakta belaka.[2]
C.     Prspektif positivisme tentang masyarakat
Comte melihat masyarakat sebagai suatu keseluruhan organik  yang kenyataannya lebih dari pada sekedar jumlah sebagian-bagian yang  saling bergantung  tetapi untuk mengethui kenyataan ini metode pemikiran empiris harus digunakan dengan meyakinkan bahwa masyarakat  merupakan suatu bagian dari alam sepertihalnya gejala fisik.
Menurut comte perkembangan ilmu tentang  masyarakat yang bersifat  alamiah sebagai puncak suatu proses kemajuan antar intlektual yang logis yangtelah di lewati oleh ilmu-ilmu lainnya.
Adapun gagasan dasar bahwa manusia dan gejala social merupakan bagian dari alam dan dapat dianalisis dengan metode-metode ilmu alam. Sumbangan comte adalah memberikan suatu analisis komprehensif mengenai satuan filosofis dan metodologis yang menjadi dasar antara apa yang disebut ilmu-ilmu alam dan ilmu social.
D.    Hukum tiga tahap ( stadia)
Hukum ini menyatakan bahwa masyarakat atau umat manusia berkembang melalui tiga tahap yaitu tahap teologis metafisik dan positif. Pengaruh cara berfikir yang berbeda-beda ini meluas kepada pola perkembangan dan organi social masyarakat.
Menurut Comte perkembagan pemikiran manusia terdir atas tiga tahap yaitu tahap teologik, lalu meningkat ketahap metafisik kemudian mencapai tahap akhir yaitu tahap positif[3]
            Tahap teologis merupakan periode yang paling lama dalam sejarah manusia untuk analisis yang lebih.
            Tahap metafisika merupakan tahap transisi antara tahap teologis dan tahap positif, dengan akal budi.
            Tahap positif ditandai oleh kepercayaan akan data empiris sebagai sumber pengetahuan terakhir , akan tetapi pengetahuan selalu sementara sifatnya tidak mutlak, semangat positivisme memperlihatkan suatu keterbukaan terus menerus terhadap data baru atas dasar pengetahuan dapat ditinjau kembali dan dapat diperluas. Akal budi penting seperti dalam periode  metafisiktetapi harus dipimpin oleh data empiris analisis rasional mengenai   data empiris akhirnya memungkinkan manusia untuk memperoleh hukum-hukum , tetapi hukum-hukum  dilihat sebagai unifornitas empiris lebih dari pada kemutlakan metafisik[4].
            Mengenai arti social dari ketiga fase ini adalah pengaruhnya  terhdap perasaan manusia.
E.     Prinsip-prinsip keteraturan social
Analisis comte mengenai keteraturan social dapat dibagi alam dua fase,
Pertama: usaha untuk menjelaskan keteraturan social secaa empiris dengan menggunakan metode positive
Kedua: usaha untuk meningkatkan keteraturan social sebagai suatu cita-cita yang normative dengan menggunakan metode-metode yang menyangkut perasaan juga intlek.
            Keteraturan sosial  juga bergantung pada pembagian pekerjaan dan kerjasama ekonomi ndividu-individu menjalankan kegiatan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan individualnya, akan tetapi begitu pembagian pekerjaan kumpul partisipasi individu dalam kegiatan ekonomi menghasilkan kerjasama kesadaran akan saling ketergantungan dan muncul ikatan-ikatan social baru atau dasar itu.

F.      Agama humanitas
Wawasan comte terhadap konsekuensi-konsekuensi terhadap konsep agama yang menguntungkan dan ramalannya mengenai tahap positive post religius, dia mengakui bahwa agama pada masa lampau sudah menjadi  satu tonggak keteraturan social yang utama, akan tetapi kalau dilihat dari perspekti ilmiah(positif ) agama didasarkan pada kekeliruan intlektual asasi  yang mula-mula sudah berkembang pad saat awal-awal perkembangan  intlektual manusia.
Gagasan comte mengenai satu masyarakat positivis dibawah bimbingan moral agama humanitas makin lama makin terperinci  misalnya dia menyusun suatu kalender baru dengan hari-hari tertentu untuk menghormati ilmuan-ilmuan besar dan lain-lain yang sudah bekerja demi kemanusiaan dan kemajuan manusia.
G.    Tiga zaman perkembangan pemikiran manusia
Menurut comte perkembangan menurut tiga zaman ini merupakan hukum yang tetap, ketiga zaman itu adalah zaman teologis zaman metafisis dan zaman ilmiah atau positif.
1.      Zaman teologis
Zaman teologis dapat dibagi menjadi periode sebagai berikut.
a)      Animisme
Tahapan animism inilah tahapan yang paling primitif karena benda-benda dianggap mempunyai jiwa.
b)      Politeisme
Tahap ini adalah tahap perkembangan dari tahap pertama, pada tahap ini manusia percaya pada dewa yang masing-masing menguasai suatu lapangan seperti dewa laut, dewa gunung dan lain-lain.
c)      Monoteisme
Tahapan ini lebih tinggi dari tahapan-tahapan sebelumnya, karena pada tahapan ini manusia hanya memandang satu tuhan satu penguasa.
2.      Zaman metafisis
Pada zaman ini kuasa-kuasa adikodrati diganti dengan konsep dan prinsip yang abstrak seperti kodrat dan penyedap.Metafisika pada zaman ini dijunjung tinggi.
3.      Zaman positif
Zaman ini dianggap comte sebagai zaman tertinggi dari kehidupan manusia alasannya ialah pada zaman ini tidak lagi ada usaha manusia untuk mencari penyebb-penyebab yang terdapat ibelakang fakta-fakta atas dasar observasi  dan dengan menggunakan rasionalnya manusia berusaha menitipkan relasi atau hubugan persamaan dan urutan yang terdapat antara fakta-fakta.
4.      Altruisme
Altruism diartikan sebagai “menyerahkan diri pada keseluruhan masyarakat”.Bahkan bukan salah satu masyarakat melainkan suku bangsa manusia pada umumnya jadi altruism bukan sekedar “egoisme”.[5]
H.    Susunan ilmu pengetahuan
Comte membedakan ilmu pengetahuan menjadi enam pokok yaitu: ilmu pasti, astronomi  fisika, kimia, biologi dan puncaknya pada sosiologi, semua ilmu pengetahuan dapat dijabarkan kepada salah satu dari keenam ilmu tersebut.
Dengan demikian positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan akan dikesmapingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan.
Menurut Auguste comte (1798-1857) indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan tetapi harus dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen. Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas.Panas diukur dengan derajat panas, jauh diukur dengan meteran berat dengan kiloan dan sebagainya. Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas, ketika panas .kita juga tidak cukup mengatakan panas sekali, panas, tidak panas,  tetapi kita memerlukan ukuran yang teliti , dari sinilah kemajuan sains benar-benar dimulai.
Positivisme bukanlah suatu aliran yang berdiri sendiri  ia hanya menyempurnakan empirisme dan rasionalisme yang bekerja sama dengan kata lain ia menempurnakan metode ilmiah(schientific method) dengan memerlukan adanya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada dasarnya positivisme itu sama dengan empirisme plus rasionalisme.

ALIRAN POST POSITIVISME
A.    Post positivisme
Adanya positivisme saja tidak cukup, karena masih mendapat gugatan-gugatan. Gugatan ini dimulai sejak tahun(1970-1980an) dan pemikiran-pemikirannya ini disebut dengan pemahaman postpositivisme. Tokoh dari aliran ini adalah Karl . R Ropper, Thomas Kuhn. Paham ini menentang paham positivismme dengan alasan bahwa ilmu-ilmu manusia dengan ilmu-ilmu alam tidak bisa disamaratakan karena tindakan manusia tidak bisa diprediksikan, sebab manusia itu selalu berubah.
Post positivisme ini merupakan kritik terhadap  positivisme, karena positivisme disini dianggap mempunyai kelemahan-kelemahan. Secara ontologis aliran post positivime bersifat critical realism dan realitas tersebut tidak mungkin dapat dilihat jelas oleh para peneliti, secara epistemologi hubungan penelitian dengan objek yang diteliti tidak boleh dipisahkan, namun harus interaktiv sengan subjektivitas seminimal mungkin, secara metodologis adalah modivied eksperimental/ komulatif. 0bservasi yang didewakan oleh positivisme perlu diteliti kenetralisasiannya sebab observasi isa saja dipengaruhi oleh presepsi masing-masing.
B.     Paradigma Post Positivisme
1)      paradigma
menurut pandangan guba dan pandangan denzim dan lincolin paradigma adalah sistem keyakinan dasar yang berlandaskan asumsi ontologi epistemologi dan metodologi atau sistem keyakinan dasar sebagai landasan untuk mencari jawaban atas pertanyaan apa itu hakikat realitasnya haikat hubungan antara peneliti dan realitas? Dan bagaimana cara peneliti mengetahui realitas?.
2)      Asumsi dasar post positivisme
Ø  Fakta tidak bebas nilai melainkan bermuatan teori
Ø  Falibilitas teori, tidak satupun teori yang dapat sepenuhnya dijelaskan dengan bukti-bukti empiris. Bukti empiris memiliki kemungkinan untuk menunjukan fakta anomaly.
Ø  Ineraksi antara subjek dan objek penelitian. Hasil penelitian bukanlah reportase objektif melainkan hasi interaksi manusia dan semesta yang penuh dengan persoalan dan senantiasa berubah.
Ø  Asumsi dasar post positivisme tentang realitas adalah jamak individual.
Ø  Hal itu berarti bahwa realitas(perilaku manusia) tidak tunggal melainkan hanya bisa menjelaskan dirinya sendiri menurut unit yang bersangkutan.
Ø  Fakus kajian post positivisme adalah tindakan-tindakan(action) manusia sebagai ekspresi dari sebuah keputusan
Menurut Guba(1990:23) sistem dasar post positivisme adalah sebagai berikut.
Asumsi ontology: “ realitas itu memang ada tetepi tidak akan pernah dapat difahami sepenuhnya.”
Asumsi epistimologi:” objektivitas tetap merupakan pengaturan (regulator) yang ideal, namun objektivitasnya hanya dapat diperkirakan dengan penekanan khusus pada penjaga eksternal seperti tradisi dan komunitas yang kritis.”
Asumsi metodologi:” eksperimental/manipulative yang dimodifikasi maksudnya adalah menekankan sifat yang kritis.”



3)      Perbedaan paradigma positivisme da post positivisme
ASUMSI
POSITIVISTIK
POST-POSITIVISTIK
Ontology
Bersifat nyata artinya realita itu mempunyai keberadaan sendiri dan diatur oleh hukum-hukum alam dan mekanisme yang bersifat tetap.
Realis kritis atinya relitas itu memang ada, tetapi tidak akan pernah dapat difahami sepenuhnya.
Epistemologi
Dualis/objektif, adalah mungkin dan esensial bagi peneliti untuk mengambil jarak dan bersikap tidak melakukan interaksi dengsn objek yang diteliti.
Nilai, factor bias dan factor yang memepengaruhi lainnya secara otomatis tidak mempengaruhi hasil study.
Objektivis modivikasi artinya objektivitas tetap merupakan pengaturan(regulator) yang ideal, namun objektivitas hanya dapat diperkirakan dengan penekanan khusus pada penjaga eksternal seperti tradisi dan komunikasi yang kritis.
Metodologi
Bersifat eksperimental/ manipulatif pertanyaan-pertanyaan dan/atau hipotesis-hipotesis dinyatakan dalam bentuk proposisi sebelum penelitian dan diuji secara empiris(falsifikasi) dengan kondisi yang trkontrol secara cermat.
Eksperimental/manipulative yang dimodovikasi maksudnya menekankan sifat ganda yang kritis. Memperbaiki ketidak seimbangan dengan melakukan penelitian dalam latar yang alamiah yang lebih banyak menggunakan metode-metode kualitatif, lebih tergantunng pada tteori grounded(grounded theory) dan memperlihatkan upaya (reintroducing) penemuan dalam proses penelitian.


Kesimpulan
positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang positif, sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan akan dikesmapingkan dalam pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. Adapun yang dimaksud dengan post positivisme, Post positivisme ini merupakan kritik terhadap  positivisme, karena positivisme disini dianggap mempunyai kelemahan-kelemahan.
           





Daftar  pustaka
Susanto  A . 2013. Filsafat imu. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Hakim Atang Abdul, Saebani Beni Ahmad. 2008. Filsafat umum . Bandung: CV. Pusataka Setia
Bekker, Anton dan Zubair, Ahmad Charris. 1994. Metode penelitian filsafat. Yogyakarta: kanisus
Dhanala11. Blogspot.com/positivisme


[1] Atang Abdul hakim dan Beni  A.S, filsafat umum dari metologi sampai teofilosofi, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008 cet 1 halaman 296
[2] Juhaya S.Pradja. 2000: 89
[3] Mohammad Muslih, filsafat ilmu, kajian atasa dasar paradigm dan imu pengetahuan, pen: belukar, cet:3, 2006, Yogyakarta halaman:91
[4] Dayle paul jhonson, Robert  Mz  lawang, 86
[5] Juhaya.S Pradja, 2000: 91

Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda